Parapuan.co - Bukan hal yang baru, ketika terjadi kasus pelecehan di Indonesia, sering kali justru membebankan semua risiko pada korban.
Kita yang menyaksikan bagaimana hukum bekerja kepada korban mungkin berpikir, kenapa banyak dari netizen yang memilih untuk menyalahkan korban pelecehan seksual?
Ironisnya, tidak sedikit badan hukum yang juga menempatkan tanggung jawab sepenuhnya pada korban.
Atau bahkan mungkin kita sendiri pernah tanpa sengaja menyalahkan korban dengan mempertanyakan, “Kamu memang pakai baju apa saat dilecehkan?”, “Kamu lupa kunci pintu rumah ya?”, “Kenapa kamu tidak teriak saja?”.
Tindakan menyalahkan korban pelecehan seksual atau yang biasa disebut victim blaming ini akan membuat para korban menyalahkan diri sendiri.
Mereka mungkin akan meyakinkan diri sendiri karena telah melakukan sesuatu yang salah.
Atau menganggap diri mereka lemah karena tidak melakukan sesuatu untuk menghentikannya.
Alih-alih membuat korban tegar, perilaku victim blaming dari masyarakat hanya akan membuat mereka semakin terpuruk dalam keadaan.
Maka dari itu penting bagi kita semua untuk mengetahui dampak victim blaming bagi para korban.
Kita perlu membantu para korban pelecehan seksual untuk merasa didengar dan dipahami.
Melansir dari Verywellmind.com, berikut penjelasan mengenai victim blaming yang harus kita perhatikan.
Bagaimana victim blaming terjadi?
Victim blaming terjadi ketika pihak tertentu menyatakan bahwa kekerasan seksual adalah kesalahan korban.
Terkadang, pelaku atau pihak terkait melakukan ini untuk membantu diri mereka sendiri merasa lebih baik.
Mereka merasa lebih aman jika membayangkan para korban melakukan kesalahan.
Kemudian, mereka meyakinkan diri sendiri bahwa mereka mungkin dapat melindungi dirinya sehingga mereka tidak akan menjadi korban.
Menyalahkan korban membantu pihak tertentu mempertahankan pandangan positif tentang hidup.
Hal tersebut memperkuat gagasan bahwa hal buruk hanya menimpa orang jahat.
Baca Juga: Kekerasan Seksual Tak Pandang Gender, Pria Remaja di Probolinggo Jadi Korban Pemerkosaan
Kenapa korban sering menyalahkan diri sendiri?
Para korban terkadang menyalahkan diri sendiri dengan alasan yang sama seperti orang lain menyalahkan mereka.
Korban ingin percaya bahwa dunia ini adil.
Menyalahkan diri sendiri juga dapat membantu mereka merasa lebih aman dalam beberapa hal.
Terkadang lebih mudah untuk meyakinkan diri sendiri, "Jika saya berpakaian tertutup, hal ini tidak akan pernah terjadi pada saya lagi."
Namun, menyalahkan diri sendiri sangatlah tidak sehat dan merugikan.
Pelecehan seksual tidak pernah menjadi kesalahan korban, melainkan kesalahan pelaku.
Victim blaming membuat korban lebih sulit untuk berani dan melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya.
Pada tingkat masyarakat, semakin sedikit jumlah kasus pelecehan seksual yang dilaporkan, maka semakin sedikit juga jumlah predator seksual yang ditangkap.
Di sisi lain, victim blaming juga memungkinkan pelaku untuk menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka.
Menyalahkan korban dapat membantu mereka lepas dari tanggung jawab dan meningkatkan penderitaan korban.
Korban akan mengalami pengucilan dan pengasingan, sementara pada saat yang sama, predator tidak terjerat hukum yang layak mereka dapatkan.
Baca Juga: Lakukan Ini untuk Menghentikan Pelecehan Seksual saat Berkendara
Perlu Kawan Puan ingat bahwa victim blaming adalah perilaku yang sangat membahayakan bagi korban pelecehan seksual.
Kita harus berhati-hati dengan pikiran dan ucapan kita terkait dengan korban pelecehan seksual.
Percaya dan dengarkan korban. (*)