Bagaimana jika kita harus menggunakan wol, lumut, kulit binatang, kain bekas, dan koran untuk pembalut saat menstruasi?
Baru seabad yang lalu perawat di Prancis menciptakan pembalut sekali pakai pertama, yang kebetulan berfungsi untuk mengontrol perdarahan yang berlebihan di antara tentara laki-laki.
Namun saat ini, pembalut masih berada di luar jangkauan jutaan perempuan dan anak perempuan yang hidup dalam kemiskinan.
Selain akses, menstruasi masih tetap menjadi topik yang tabu.
Stigma dan diskriminasi seputar menstruasi membuat perempuan dan anak perempuan di beberapa negara tidak dapat memasuki ruang fisik, seperti rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat ibadah.
Baca Juga: Selain 'Kartini', Ini 5 Film Inspiratif tentang Perempuan yang Wajib Ditonton!
Celana untuk perempuan
Dari topi merah muda hingga celana, pakaian perempuan memiliki kekuatan untuk menantang stereotip, mengubah gagasan tentang identitas gender, serta melambangkan perlawanan dan kekuasaan.
Evolusi celana adalah contoh yang menarik tentang bagaimana fashion, feminisme, dan seksisme terkait erat.
Saat dunia kerja berubah bagi perempuan, desainer Prancis, Coco Chanel, mengguncang dunia mode dengan menciptakan tren celana untuk perempuan.
Bagi jutaan perempuan dalam kemiskinan yang bekerja di ladang atau pabrik saat ini, mengenakan pakaian yang lebih longgar merupakan kebutuhan untuk mereka bergerak, mencari nafkah.
Kawan Puan, kita sekarang menikmati hasil inovasi yang bermanfaat dan mendukung hak-hak kita sebagai perempuan.
Semoga ke depannya, lebih banyak inovasi baru yang mendukung hak perempuan. (*)