Parapuan.co - Media sosial baru-baru ini diramaikan dengan konten Tiktok yang berbentuk pelecehan seksual oleh akun bernama @iqbalahm
Konten-konten yang diunggah cenderung bercerita tentang laki-laki (dalam konsep POV (Point of View)-nya adalah Iqbal sendiri) yang mengintip, mencium, menyentuh perempuan (dalam konsep POV-nya adalah penonton) tanpa konsen dan beberapa terkesan memaksa.
Konten tersebut memantik kemarahan dan kekecewaan dari banyak pihak. Namun tidak sedikit netizen yang merasa tidak ada masalah dengan konten-konten tersebut.
Mereka merasa yang dilakukan oleh kreatorm tersebut adalah bentuk lelucon. Bahkan banyak netizen perempuan yang merasa tidak masalah bila mengalami hal serupa.
“Kalau yang ngeracuninnya Iqbal sih tidak apa-apa,” ungkap seorang netizen dalam kolom komentar TikTok Iqbal.
Banyaknya netizen yang menormalisasi lelucon yang mengandung pelecehan seksual membuat kita bertanya-tanya, mengapa pelecehan seksual bukan hal yang berbahaya dan perlu diperhatikan bagi kebanyakan masyarakat Indonesia?
Pada hari Selasa (27/4/21), PARAPUAN berkesempatan untuk berbincang lewat daring dengan Komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah, mengenai hal tersebut.
Siti Aminah mengatakan, “Konten Tiktok tersebut dapat dikatakan akibat rape culture, dalam bentuk menilai apa yang terjadi seperti mencium tanpa konsen, mengintip, menghukum adik kelas dengan mencium sebagai hal yang wajar dan dirayakan.