Kenapa Kita Menormalkan Konten TikTok Berisi Pelecehan Seksual? Ini Jawaban Komnas Perempuan

Alessandra Langit - Rabu, 28 April 2021
Ilustrasi pelecehan seksual
Ilustrasi pelecehan seksual Freepik

Menurut Siti Aminah, dampak dari konten Tiktok yang mengandung pelecehan seksual adalah anak-anak remaja baik laki-laki atau perempuan akan semakin menginternalisasi nilai-nilai rape culture.

Mereka akan memandang bahwa menjadikan perempuan sebagai objek adalah hal biasa. 

“Dampak bagi perempuan, terutama bagi mereka yang pernah mengalami pelecehan seksual adalah mereka bisa kembali mengalami dan merasakan trauma, seperti mimpi buruk, emosi negatif, rasa tidak berdaya, dan  memiliki ketakutan untuk membangun relasi juga mengakses internet,” jelasnya.

Siti Aminah juga menjelaskan bahwa UN Women memberikan 16 jalan untuk melawan rape culture, termasuk dengan cara memilih meninggalkan bahasa misoginis dalam karya.

Cara lainnya adalah mendidik generasi berikutnya mengenai nilai-nilai kesetaraan, menghilangkan stereotip gender, dan merancang definisi baru terkait konsep maskulinitas dan feminitas.

Baca Juga: Mengenal Tonic Immobility, Kondisi Tubuh saat Seseorang Alami Pemerkosaan

Hal tersebut diharapkan dapat membantu generasi berikutnya tidak mewarisi rape culture ini.

“Saya pikir, anak-anak muda dengan kreatifitasnya seperti Iqbal tidak akan kehilangan followersnya jika membuat konten yang menggambarkan relasi setara, adil dan anti kekerasan terhadap perempuan,” ungkap Siti Aminah, menutup percakapan.

Kawan Puan, rape culture merupakan budaya buruk yang masih melekat di tengah masyarakat Indonesia.

Kita, sebagai perempuan, dapat ikut menghentikannya dengan melaporkan konten-konten serupa dan membuat konten yang lebih mendidik tanpa harus menjadikan perempuan sebagai objek.(*)