Ki Hajar Dewantara, yang terlahir di keluarga bangsawan, cukup beruntung untuk mendapatkan pendidikan resmi di Sekolah Dasar Belanda (ELS) bersama anak-anak keturunan Belanda lainnya.
Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA, namun terhenti karena kondisi kesehatannya yang kurang baik.
Ki Hajar Dewantara kemudian pernah bekerja sebagai wartawan di banyak surat kabar seperti Kaoem Moeda dan Tjahaja Timoer.
Ia terkenal dengan tulisannya yang tajam dan patriotik.
Baca Juga: Buka Pendaftaran, Ini Rincian Biaya Pendidikan 8 Sekolah Kedinasan
Tak hanya itu, Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik.
Bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo, ia mendirikan Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912.
Komite tersebut dibuat sebagai wadah kritik kepada pemerintahan Belanda.
Ki Hajar Dewantara menuliskan kritiknya dalam buku yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk satu juga).
Akibat kritik tersebut, Ki Hajar Dewantara ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka oleh Pemerintahan Hindia Belanda.