Melihat Instagram Story kerap dilakukan secara lama dan tak jarang menjadi keasyikan sendiri.
Ternyata, Instagram Story merupakan bagian desain persuasif, yakni sebuah permasaran bersifat psikologi yang berfokus pada memengaruhi perilaku manusia melalui karakteristik atau desain suatu produk atau layanan, yang biasa kita temukan di layanan e-commerce.
“Perusahaan mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah membuat lingkaran setan di mana, seperti kecanduan narkoba, pengguna akhirnya dihancurkan oleh zat yang disalahgunakan, atau berbalik sepenuhnya melawannya,” kata Rafael.
Lantas, mengapa kita begitu tertarik dengan Instagram Story?
Baca Juga: Agar Tak Mudah Dibobol, Ubah Pengaturan Instagrammu dengan Cara Ini
Keakraban yang Fana
Pertama, Instagram Stories memperlihatkan keterbukaan emosional yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan media sosial lainnya.
Menurut survei yang dilakukan Facebook mengungkapkan bahwa orang merasa mereka bisa lebih otentik, karena konten dalam cerita menghilang setelah 24 jam kecuali disimpan ke sorotan profil.
Bertukar tanggapan atas cerita satu sama lain, saya telah menjadi "teman internet" dengan orang yang bahkan belum pernah saya temui.
“Pengguna dapat menafsirkan Stories sebagai lebih ringan dan lebih relevan. Mereka tidak terlalu 'mengancam', membuat orang lebih cenderung memanfaatkannya," kata Raffaello.