Parapuan.co - Saat Kawan Puan membuka Instagram, Instastory adalah fitur yang kerap dilihat.
Salah satu fitur Instagram ini begitu diminati banyak orang.
Menurut 99firms, satu tahun setelah peluncuran fitur Instagram Stories 150 juta pengguna Instagram sudah menggunakannya.
Angka itu berlipat ganda menjadi 300 juta pada akhir 2017.
Baca Juga: Seperti Dialami Kirana Larasati, Ternyata Ini yang Terjadi Ketika Tujuan Hidup Berubah
Memasuki 2021, lebih dari 500 juta orang berinteraksi dengan Instagram Stories setiap hari.
Kita telah asyik dengan lingkaran-lingkaran kecil yang menghiasi laman Instagram kita ini.
“Cerita Instagram berfungsi seperti episode Netflix, dan seperti mereka, kami dipaksa untuk menonton secara berlebihan. Fakta bahwa mereka cepat membuatnya semakin menarik untuk menonton satu demi satu, ”kata Dr. Raffaello Antonino, psikolog konseling dan pendiri Therapy Central yang dilansir dari Healthline.
Melihat Instagram Story kerap dilakukan secara lama dan tak jarang menjadi keasyikan sendiri.
Ternyata, Instagram Story merupakan bagian desain persuasif, yakni sebuah permasaran bersifat psikologi yang berfokus pada memengaruhi perilaku manusia melalui karakteristik atau desain suatu produk atau layanan, yang biasa kita temukan di layanan e-commerce.
“Perusahaan mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah membuat lingkaran setan di mana, seperti kecanduan narkoba, pengguna akhirnya dihancurkan oleh zat yang disalahgunakan, atau berbalik sepenuhnya melawannya,” kata Rafael.
Lantas, mengapa kita begitu tertarik dengan Instagram Story?
Baca Juga: Agar Tak Mudah Dibobol, Ubah Pengaturan Instagrammu dengan Cara Ini
Keakraban yang Fana
Pertama, Instagram Stories memperlihatkan keterbukaan emosional yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan media sosial lainnya.
Menurut survei yang dilakukan Facebook mengungkapkan bahwa orang merasa mereka bisa lebih otentik, karena konten dalam cerita menghilang setelah 24 jam kecuali disimpan ke sorotan profil.
Bertukar tanggapan atas cerita satu sama lain, saya telah menjadi "teman internet" dengan orang yang bahkan belum pernah saya temui.
“Pengguna dapat menafsirkan Stories sebagai lebih ringan dan lebih relevan. Mereka tidak terlalu 'mengancam', membuat orang lebih cenderung memanfaatkannya," kata Raffaello.
Persepsi Orang Lain Terhadap Diri Sendiri
Saat kita mengunggah Instastory, kita sering mendapati diri kita memutar-mutarnya dan memperhatikan siapa saja yang melihatnya, bukan?
Survei yang sama dari Facebook mengungkapkan bahwa salah satu alasan utama orang menggunakan fitur cerita Instagram adalah untuk melihat apa yang orang lain lakukan.
Menurut hasil, mereka mencari 'konten langsung dan tidak diedit'.
Baca Juga: Kamu Penyuka Hitam atau Merah? Ternyata Warna Favorit Bisa Ungkap Kepribadianmu
Sebagai manusia, kita pada dasarnya ingin tahu tentang sesama manusia dan bagaimana mereka memandang kita serta apa yang terjadi 'di belakang layar' nya.
Dalam teori Looking-Glass Self dikembangkan oleh seorang sosiolog bernama Charles Cooley pada tahun 1902 kita mengembangkan konsep diri kita dari mengamati bagaimana kita dipersepsikan oleh orang lain.
Pada dasarnya, kami memposting hal-hal penting dalam hidup untuk memperkuat identitas diri.
“Ini berpotensi untuk membuat kita terjebak dalam lingkaran setan di mana kita merasa satu-satunya cara untuk meningkatkan kepercayaan diri kita adalah dengan terus menampilkan proyeksi diri kita yang 'sempurna',” kata Raffaelo.(*)