Ini Anjuran dan Larangan Bagi Orang Tua yang Menerapkan Co-Parenting

Ericha Fernanda - Kamis, 6 Mei 2021
Ilustrasi ibu dan anak.
Ilustrasi ibu dan anak. freepik.com

Parapuan.co - Co-parenting atau pengasuhan bersama adalah cara membesarkan anak sebagai orang tua tunggal setelah perceraian terjadi.

Sering kali menjadi proses yang sulit, cara mengasuh bersama ini sangat dipengaruhi oleh interaksi timbal balik dari setiap orang tua.

Ketika kamu dan mantan pasanganmu ingin menerapkan co-parenting pasca bercerai, ketahuilah lebih dulu anjuran dan larangannya.

Soalnya, jika kamu mengasuh dengan cara yang sehat tapi mantanmu tidak, anak-anak tetap akan berisiko mengalami masalah perkembangan.

Baca Juga: Tidak Mudah, Ini Cara Memberi Penjelasan Tentang Perceraian pada Anak

Mengasuh bersama membutuhkan empati, kesabaran, dan komunikasi terbuka untuk sukses.

Tentu semua itu bukanlah hal yang mudah untuk dicapai oleh pasangan yang pernah mengalami masalah berat dalam rumah tangga.

Akan tetapi, menempatkan satu-satunya fokus pada anak kamu dapat menjadi cara yang tepat untuk membantu pengasuhan bersama sebagai pengalaman yang positif.

Mengutip Psychology Today, PARAPUAN telah merangkum anjuran dan larangan bagi orang tua yang menerapkan co-parenting pasca bercerai.

Anjuran

1. Berkomitmen menjadikan pengasuhan bersama sebagai dialog dengan mantan pasangan.

Kamu bisa berkomunikasi lewat secara langsung atau telepon, SMS, serta e-mail untuk berdiskusi terkait masalah anak dan mengunggah jadwal buah hati.

2. Aturan harus konsisten dan disepakati di kedua rumah tangga.

Jadi di mana pun anak kamu berada, dia tahu bahwa aturan tertentu akan diberlakukan.

3. Berkomitmen untuk bicara positif di sekitar rumah.

Jangan menjelekkan atau bertengkar dengan mantan pasangan di depan anak kamu. Itu akan menyakiti hatinya dan mempercayai bahwa kedua orang tuanya tidak akur.

Baca Juga: Pasti Bisa, Begini 4 Cara Menjadi Orang Tua Tunggal yang Tangguh

4. Sepakati batasan dan pedoman perilaku.

Tidak diperbolehkan salah satu orang tua mengungguli dan mendapatkan perhatian lebih dari anak-anaknya.

Orang tua adalah tim, meskipun sudah berpisah tetapkan batasan dan perilaku yang sama di dua rumah agar anak disiplin dan paham akan aturan.

5. Berbagi informasi penting kepada mantan pasangan.

Meskipun mungkin menyakitkan secara emosional, pastikan kamu dan mantan saling menjaga informasi tentang semua perubahan dalam hidupmu, termasuk keadaan yang sulit.

Penting agar anak kamu tidak pernah menjadi sumber informasi utama atau jembatan komunikasi antara kamu dan mantan pasangan.

Baca Juga: Jangan Menyerah, Berikut 5 Tips Mengasuh Anak untuk Para Single Mom

Larangan

1. Jangan membebani anak dengan masalah bersama mantan pasangan.

Penelitian menunjukkan bahwa menempatkan anak-anak di tengah-tengah masalah orang dewasa akan meningkatkan perasaan tidak berdaya dan tidak aman.

Perasaan tersebut akan menyebabkan mereka mempertanyakan kemampuannya sendiri.

2. Jangan menjadi orang tua tak seimbang.

Menjadi yang paling baik di depan anak akan memicu siklus kebencian, permusuhan, dan keengganan mengikuti aturan untuk semua yang terlibat.

Mengasuh anak dengan dosis kesenangan, struktur, dan perkiraan yang sehat merupakan solusi yang menguntungkan bagi semua orang.

3. Jangan langsung mengambil kesimpulan dan menghina mantan kamu.

Ketika kamu mendengar hal-hal dari anak yang dapat membuatmu marah, tarik napas dan tetaplah diam. 

Selalu baik untuk tetap netral ketika hal-hal seperti ini terjadi.

Penelitian menunjukkan bahwa anak kamu dapat belajar untuk membenci dan tidak mempercayaimu jika kamu menghibur mereka.

4. Jangan merasa bersalah.

Perceraian adalah pengalaman yang menyakitkan dan menimbulkan banyak emosi.

Rasa bersalah pasti akan ada, namun bagaimana menyadari bahwa mengabulkan keinginan anak yang tanpa batas tidak pernah baik. (*)

Baca Juga: 5 Bentuk Self Care Bagi Orang Tua Tunggal, Agar Diri dan Anak Bahagia!

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja