Selain itu, pelaku dapat mengambil peran peduli, berteman dengan anak atau mengeksploitasi posisi kepercayaan dan otoritas mereka untuk merawat anak atau orang tuanya.
Pelaku dengan sengaja memangun hubungan di sekitar anak atau mencari anak yang kurang diawasi oleh orang tuanya.
Ini meningkatkan kemungkinan bahwa waktu intim antara pelaku dengan anak itu akan lebih leluasa.
Baca Juga: Sexting dan 8 Jenis Kekerasan Berbasis Gender Online, Apa Itu?
Sexual grooming membuka seseorang untuk pelecehan fisik, seksual, dan emosional.
Karena grooming adalah proses bertahap, kebingungan antara kepercayaan, ketergantungan, dan pelecehan membuat korban tidak dapat memahami apa yang terjadi pada mereka.
Korban grooming sering mengalami kesulitan di masa depan.
Mereka sering mengalami kesulitan mempercayai diri mereka sendiri untuk membuat keputusan yang sehat dalam hubungan.
Selain itu, mereka kesulitan mempercayai orang lain untuk tidak menyakiti mereka.
Kawan Puan, mari kita lebih aware dengan perilaku yang tergolong sexual grooming ini!
Agar kelak kita tidak terjebak dan bisa bantu jika ada orang-orang terdekat yang mengalami. (*)