Parapuan.co - Sejak memutuskan untuk menikah, Royen Hutapea dan istrinya memang sudah membagi peran di rumah.
Meskipun, Royen tetap menjadi kelapa rumah tangga dan pencari nafkah utama, pembagian peran itu tidak menjadi masalah buatnya.
Bagi Royen ini, tugas domestik termasuk mengurus anak merupakan tanggung jawab bersama dengan sang istri. Terutama, istri juga bekerja untuk mencukup kebutuhan di rumah.
Biasanya, sepulang kerja, dia mengurusi kebutuhan si kecil yang masih balita sampai anaknya itu pun tidur. Ini menjadi rutinitas harian bersama sang istri yang sudah dijalankan lebih dari 9 tahun pernikahannya.
Baca Juga: Suami Melakukan Pekerjaan Domestik Dianggap Tidak Maskulin, Kok Bisa?
Dari ceritanya, Royen memang tak masalah dengan pembagian peran domestik dalam keluarga, terlebih dia dan sang istri juga memutuskan untuk tidak menggunakan jasa Asisten Rumah Tangga (ART).
Maka dari itu, selain mengerjakan tugas domestik sepulang kerja. Royen dan istrinya sepakat bahwa pada akhir pekan, dia akan lebih banyak mengurusi rumah dan anak.
Namun begitu, dia tetap saja menyerahkan tanggung jawab soal pendidikan anak ke istrinya.
Hal yang tidak jauh berbeda pun dilakukan dalam rumah tangga Okky Rengat yang juga membagi peran domestik di dalam keluarganya.
Mengingat ia disibukkan sebagai pegawai pemerintahan dan istrinya menjadi salah satu karyawan di perusahaan swasta membuat keduanya harus berbagi tugas untuk kegiatan membersihkan rumah pada akhir pekan.
Rasanya, bila melihat cerita kedua laki-laki ini, mengambil peran domestik dalam keluarga di rumah sudah menjadi hal biasa. Bahkan, mereka tidak merasa malu untuk menjalankan tugas domestik.
Baca Juga: Ini Tips dari Sogi Indra Dhuaja agar Para Istri Bisa Ajak Suami Kerjakan Tugas Domestik
Dan, begitu juga dengan laki-laki lainnya. Tak seperti zaman orangtua kita dahulu, sekarang sudah banyak laki-laki ikut pembagian peran domestik dalam keluarga.
Ya, ini juga terlihat dari hasil riset PARAPUAN yang berjudul Pembagian Peran Domestik antara Suami dan Istri pada 16-19 April lalu.
Dalam riset itu, terlihat bahwa ada 34 persen di antara 234 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan mengungkapkan terdapat pembagian peran domestik antara suami dan istri.
Perubahan pembagian peran ini salah satunya disebabkan oleh perubahan sistem kerja selama pandemi menjadi kerja dari rumah (WFH) yang membuat baik suami ataupun istri memiliki banyak waktu di rumah.
Hal ini tentu menjadi fenomena baru, mengingat budaya patriarki yang begitu kental di Indonesia, turut membuat pembagian peran dalam keluarga belum setara.
Ida Ruwaida Noor. dari Kajian Gender Universitas Indonesia mengungkapkan hal tersebut menunjukkan adanya perubahan dalam pembagian peran gender.
"Meski laki-laki hanya menyebut sebagai bentuk membantu instri, namun hal ini setidaknya menunjukkan penghargaan pada pekerjaan domestik," ucap Ida saat diwawancarai PARAPUAN pada Sabtu (8/5/2021).
Selain itu, Ida juga menjelaskan bahwa seharusnya laki-laki tidak menganggap tindakan ini sebagai bentuk membantu istri, namun menjadikan pekerjaan domestik adalah tugas bersama antara suami dan istri.
Baca Juga: Kata Ahli, Ini Manfaat Biasakan Anak Laki-laki Kerjakan Tugas Domestik
"Hal ini akan lebih baik lagi jika suami dan istri melibatkan anak-anak untuk membiasakan mereka sejak dini untuk berbagi peran domestik," ungkapnya.
Sebab, pembiasaan sejak dini yang dilakukan oleh anak-anak ini diharapkan akan mampu mencairkan anggapan masyarakat tentang peran gender yang bertentangan.
Perubahan sikap yang dilakukan oleh laki-laki ini sedikit banyak dipengaruhi oleh semakin digaungkannya isu kesetaraan gender di masyarakat.
Terlebih kini terdapat kebijakan pengarusutamaan gender dalam rangka mencapai keadilan dan kesetaraan gender (KKG), selain itu juga didorong dengan semakin banyaknya kampanye publik mengenai isu serupa.
Uniknya, menurut Ida berdasarkan pengamatannya isu keadilan dan kesetaraan gender ini relatif lebih diterima saat disuarakan oleh laki-laki, meskipun resistensi tetap ada.
Umumnya pertentangan ini hadir karena latar belakang sosial dan budaya yang menolak dengan adanya perubahan peran gender ini.
Sehingga bisa dikatakan, tantangan dalam aksi mencapai keadilan dan kesetaraan gender ini justru budaya.
Baca Juga: Apa Jadinya Jika Semua Tugas Domestik Dibebankan kepada Istri? Ini Kata Psikolog
"Masih tingginya angka kekerasan berbasis gender, termasuk KDRT, apalagi di era pandemi ini sebagai dampak adanya WFH mengindikasikan masih kuatnya tantangan sosial budaya tersebut," jelasnya.
Lebih lanjut lagi, Ida menyampaikan perubahan sikap yang dilakukan oleh laki-laki ini bisa jadi bentuk penyesuaian pada situasi pandemi.
"Mungkin lebih tepatnya yang terjadi adalah penyesuaian atau adaptasi berbasis situasi yang ada, karena masih perlu diuji kembali apakah di pasca pandemi pola yang sama masih berkelanjutan atau tidak," kata Ida.
Sehingga, dengan kata lain perlu ditinjau kembali apakah perubahan peran laki-laki dalam ranah domestik yang kini terjadi atas dasar kesadaran pribadi berbasis pada nilai normatif yakni penghargaan atau hanya karena situasi yang berbasis pada kebutuhan pragmatis.
Rasanya indah ya, Kawan Puan, bila akhirnya suami kita mau ikut untuk mengambil peran domestik di rumah. Dengan begitu, kita jadi punya waktu untuk mengejar impian yang selama ini sudah dirancang.(*)