Saat itu, ia membawakan tarian Gambir Anom yang merupakan tarian klasik Jawa bergaya Solo.
Dengan tarian tersebut, Go Tik Swan mampu memukau Bung Karno, sehingga sang presiden langsung mengajaknya bersalaman dan mengundangnya datang ke Istana Negara.
Di situlah awal mula perkenalan Go Tik Swan dengan Bung Karno sekaligus awal dirinya menjadi pelopor batik Indonesia.
Kedekatan Go Tik Swan dengan Bung Karno membuatnya jadi salah satu staf ahli kebudayaan. Ia pun diminta untuk menciptakan 'batik Indonesia' sekitar tahun 1957.
Tak perlu menunggu lama, Go Tik Swan yang ayahnya juga memiliki usaha dalam industri batik itu langsung membuat 'batik Indonesia' sesuai dengan permintaan presiden.
Ia menggabungkan berbagai karakter batik dari Solo, Yogyakarta, dan Pesisiran untuk dijadikan batik Indonesia.
Batik Indonesia ciptaan Go Tik Swan itu memiliki warna-warna baru yang sangat cerah, bukan hanya biru, cokelat, dan putih kekuningan seperti lazimnya batik Yogyakarta dan Solo.
Terhitung sejak tahun 1950 sampai dengan 2008, Go Tik Swan telah menciptakan 200 motif batik Indonesia, hingga ia dianugerahi penghargaan sebagai putra terbaik atas jasa-jasanya dengan tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma.
Di antara batik ciptaan Go Tik Swan, yang paling terkenal antara lain adalah motif radyo kusumo, kuntul nglayang, kutila peksawani, dan parang anggrek.
Baca Juga: Wow! Ini Talenta Terbaik Tanah Air di Disney Raya and The Last Dragon
Bukan hanya maestro batik, Go Tik Swan juga dikenal sebagai seorang budayawan dan sastrawan Indonesia di Surakarta.
Ia dikenal sebagai pemerhati tosan aji (keris) yang mendirikan perkumpulan Bawarasa Tosanaji di Solo.
Sebagai pemerhati keris, Go Tik Swan memiliki beberapa koleksi keris, arca perunggu, dan batu amat langka.
Seluruh koleksi Go Tik Swan tersebut kini sudah diserahkan kepada Pemerintah RI, seiring dengan penandatanganan wasiat yang menyatakan ia akan menyerahkan koleksinya ke negara.
Go Tik Swan meninggal pada usia 77 tahun, tepatnya 5 November 2008.
Terima kasih Go Tik Swan, karyamu abadi! (*)