Perubahan lingkungan masyarakat yang menuju kesetaraan di Indonesia membuat laki-laki merasa tidak masalah bila berperan menjadi bapak rumah tangga.
Oleh karenanya, akan sangat wajar apabila sekarang ini, pembagian peran domestik dalam rumah tangga tidak lagi bergantung pada gender.
Misalnya perempuan mengurus tugas domestik di rumah, sedangkan laki-laki harus mencari nafkah.
Perubahan dalam berbagai aspek membuat pembagian peran dalam keluarga jadi kesepakatan antara pasangan, di mana hal ini bisa disesuaikan dengan kemampuan maupun fakta di lapangan.
Contohnya jika memang istri lebih sukses berkarier dan mencari nafkah, maka bukan tidak mungkin perempuan yang menjadi pencari nafkah utama keluarga.
Sedangkan laki-laki akan bertanggung jawab mengurus pekerjaan domestik rumah tangga yang artinya lebih banyak tinggal di rumah.
Hal seperti ini akan lebih rasional daripada memaksakan suami harus mencari nafkah dan istri tinggal di rumah jika keadaan mengatakan yang sebaliknya.
Baca Juga: Tak Hanya Ibu, Ini Kursus Mengasuh Anak yang Bisa Diikuti Para Ayah
Seperti yang dikatakan oleh responden PARAPUAN mengenai kemungkinan suami menjadi bapak rumah tangga sedangkan istri berkarier dan mencari nafkah.
“Menjadi bapak rumah tangga bukanlah hal yang berat buat saya karena itu bukanlah suatu hal yang memalukan di dalam rumah tangga, karena setiap elemen berperan sebagai support system,” ungkap Ari.
Dengan begitu, stigma sosial di mana laki-laki harus mencari nafkah sedangkan perempuan di rumah bakal makin luntur.
Kalau memang ada kesadaran dari diri masing-masing mengenai pembagian peran dalam keluarga seperti ini, mengapa tidak kita coba dan bicarakan dengan pasangan?
Siapa tahu hal tersebut malah membawa perubahan baik dalam keluarga. (*)