Parapuan.co – Work from home (WFH) atau bekerja dari rumah menjadi salah satu kegelishan yang sering dirasakan ibu bekerja.
Bagaimana tidak, mereka harus membagi waktu serta pikiran antara bekerja dan mengasuh anak.
Meski begitu, rupanya ada dua hal utama yang bisa membantu ibu untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan mengasuh anak.
Pasalnya, berdasarkan survei yang dilakukan PARAPUAN bulan lalu, sebesar 17,9 persen perempuan ialah pencari nafkah tambahan di dalam keluarga.
Baca Juga: Ini yang Dilakukan Para Ibu Membiasakan Anak Mengerjakan Tugas Domestik, Yuk Ditiru!
Tidak hanya itu, dari 234 responden dalam survei itu, 3,84 persen perempuan ternyata menjadi pencari nafkah utama dalam keluarganya.
Dengan begini, tidak heran jika para ibu bekerja selama masa pandemi ini sulit membagi waktu antara mengurus urusan pekerjaan dan mengasuh anak.
Tak jarang, antara bekerja dan mengasuh anak tidak dapat dilakukan dengan seimbang. Apakah Kawan Puan ada yang merasakannya juga?
Namun, bukan berarti masalah ini tidak mungkin bisa kamu selesaikan.
Menurut Astrid W.E.N., M. Psi., Psikolog, Psikolog Anak dan Keluarga, ada beberapa solusi yang bisa kamu lakukan agar urusan pekerjaan dan anak dapat berjalan seimbang.
1. Pembatasan Ruang dan Waktu
Memberikan batasan ruang dan waktu sangat diperlukan untuk menyeimbangkan antara mengerjakan urusan pekerjaan dan mengasuh anak.
“Ada batasan ruang dan waktu. Ini berguna untuk membantu ritme sekola anak dan ritme kerja orang tua,” ucap Astrid saat dihubungi PARAPUAN, Senin (10/5/2021).
Dengan memberikan batasan ruang dan waktu ini kamu bisa menyeimbangkan antara pekerjaan dan anak. Salah satunya dengan membuat pengaturan jadwal.
Misalnya dengan memberikan penjelasan pada si kecil bahwa saat sekolah online dimulai, maka saat itu mereka harus fokus sekolah.
Baca Juga: Punya Anak Tunggal? Coba Didik dengan 4 Cara Ini agar Ia Tak Manja
Dengan mulai jadwal anak sekolah, maka mulai juga jadwalmu bekerja. Saat kamu berada dalam jam kerja, maksimalkan waktu tersebut.
Selain waktu, pembatasan ruang juga diperlukan agar ritme pembelajaran dan bekerja sesuai.
Katakan pada anak-anak bahwa kamu akan berada di ruangan yang berbeda dengan mereka dan itu adalah tempat kamu bekerja.
Jika kamu dan anak berada di ruang yang sama, kamu bekerja dan anak sekolah, hal ini memungkinkan menciptakan keadaan yang tidak kondusif.
Pembatasan ruang dan waktu ini rupanya telah dilakukan oleh Narulita Widyasari, ibu bekerja yang sudah setahun lebih menjalankan WFH.
Baca Juga: Suami Perlu Ambil Peran dalam Mengasuh Anak, Ini Tips Mudahnya
"Mulai kerja dari jam mereka sekolah juga, sekitar jam setengah delapan pagi. Semua harus selesai maksimal jam enam sore,” terang Narulita saat dihubungi PARAPUAN.
Rupanya, untuk menerapkan pembatasan tersebut, Narulita membutuhkan waktu yang cukup lama, sekian bulan setelah melakukan WFH.
Bisa begitu karena terjadi proses adaptasi bagi ibu dan anak-anak. Tentunya proses adaptasi tersebut tidaklah mudah.
Meski begitu, terkadang Narulita juga mengalami gangguan seperti koneksi yang eror atau anak yang butuh pendampingan saat sekolah.
2. Dukungan Orang Sekitar
Selain pembatasan yang diterapkan, ibu bekerja membutuhkan support system yang kuat, baik dari suami atau keluarga dekat lainnya.
Astrid menekankan, ibu bekerja perlu menyadari bahwa ada beberapa hal yang enggak bisa dikerjakannya sendirian dan membutuhkan pertolongan orang sekitar.
Maka itu, dukungan orang sekitar diperlukan untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan mengasuh anak. Hal ini pun disadari oleh Shanty Soeko.
Saat sedang WFH, ibu dua anak yang bekerja di salah satu agensi ternama Tanah Air ini biasanya meminta bantuan orang-orang terdekat untuk membantu mengasuh anak.
"Anak-anak sama ayahnya kalau pas barengan jadwal WFH-nya. Kalau enggak, karena aku masih tinggal bareng sama orangtua suami, aku titipkan sebentar sama mertuaku selama ada rapat penting biar bisa tenang," ungkap Shanty saat dihubungi PARAPUAN.
Baca Juga: Menurut Ahli, Peran Ayah untuk Perkembangan Anak Itu Penting, Lo, Ini Manfaatnya
Hal serupa juga dilakukan oleh Narulita. Ibu yang bekerja di perusahaan swasta ini meminta bantuan sang suami jika dirinya harus melakukan meeting.
"Biasanya disitu suamiku bantu, dialihin. Alhamdullillah suamiku support. Kalou habis jam tujuh malam udah agak ringan sebenernya, karena suami sudah pulang," ujar Narulita.
Selaras dengan itu, Astrid mengatakan, untuk menyeimbangkan hal tersebut dibutuhkan support yang kuat dari suami dengan membantu pemenuhan emosi anak ketika ibu bekerja. (*)