Parapuan.co - Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung membuat kita merasa lebih khawatir dibanding hari-hari sebelum virus corona datang.
Kekhawatiran tersebut seringkali berkembang menjadi ketakutan yang besar.
Setiap kali keluar rumah atau melihat orang yang tersayang harus pergi, kita cenderung merasa takut dan gelisah.
Ketakutan untuk keluar rumah yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 disebut sebagai fenomena cave syndrome atau sindrom gua.
Melansir dari Psychology Today, sindrom gua didefinisikan sebagai keengganan terus-menerus untuk meninggalkan keamanan rumah karena takut dengan risiko terinfeksi Covid-19 atau infeksi lanjutan saat pandemi mereda.
Psikiater Alan Teo, menyamakan sindrom ini dengan sindrom hikikomori atau sindrom isolasi di Jepang, di mana terjadi ketakutan ekstrem dan masyarakat mengisolasi diri selama enam bulan atau lebih.
Sindrom gua terjadi di banyak tempat dan didukung dengan teknologi yang maju, kita jadi tidak perlu repot-repot keluar rumah.
Baca Juga: Cara Menghadapi Sindrom Sarang Kosong, Kesedihan Berlebih Saat Anak Merantau
Michael Zeilinger, seorang penulis, membahas tentang hikikomori dalam bukunya pada tahun 2009, Shutting Out The Sun: Bagaimana Jepang Menciptakan Generasi Hilangnya Sendiri.
Michael menggambarkan orang-orang yang mengisolasi diri sebagai individu yang tinggal di kamar mereka selama bertahun-tahun pada suatu waktu, biasanya sangat bergantung pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Sebagian besar atau semua individu ini pernah mengalami penindasan di masa kanak-kanak akibat ketakutan, kecemasan sosial, rasa malu, dan emosi lain yang membuat mereka terputus dari lingkungan sosial.