Pembagian Peran dalam Keluarga Berawal dari Komunikasi dan Kesepakatan Bersama

Ericha Fernanda - Rabu, 19 Mei 2021
Ilustrasi mengerjakan tugas domestik.
Ilustrasi mengerjakan tugas domestik. freepik.com

Parapuan.co - Pembagian peran dalam keluarga, jika mengikuti konstruksi sosial adalah perempuan melakukan pekerjaan domestik sementara suami sebagai pencari nafkah utama.

Namun, pembagian peran domestik itu bisa saja berubah, sesuai dengan kesepakatan dan komunikasi antara kedua belah pihak, yakni suami dan istri.

Komunikasi terbuka dalam keluarga termasuk pembagian peran domestik, urusan pekerjaan, sandang, pangan, papan, dan lainnya sebaiknya diputuskan kedua belah pihak.

Pembagian peran dalam keluarga yang seimbang antara suami dan istri sebaiknya disepakati bersama, sebab rumah tangga adalah tanggung jawab bersama.

Baca Juga: Ternyata Membagi Tugas Domestik dengan Anak Bisa Latih Kemandirian, Loh!

Semua tahu bahwa tugas domestik itu cukup rumit, persis seperti pekerjaan, apabila dibebankan kepada salah satu pihak saja rentan kelelahan, stres, atau burn out.

Hal tersebut didukung pula dengan riset tahun 2021 yang dilakukan oleh PARAPUAN terhadap 234 responden bertajuk ’Pembagian Peran Domestik antara Suami dan Istri’.

Mayoritas responden mengaku pembagian peran domestik dalam rumah tangga antara suami dan istri sudah seimbang, sebanyak 51,08%.

Sebagian besar diakui oleh pasangan dengan usia pernikahan di atas sembilan tahun, sejumlah 41,8%.

Pembagian peran domestik merupakan komitmen bersama yang sudah dibangun untuk kelancaran hubungan pernikahan.

“Tugas domestik adalah kegiatan yang berpusat pada kehidupan di dalam rumah, mulai dari memasak, memelihara rumah, dan mengurus anggota rumah tangga.

"Tapi, perempuan cenderung sebagai pelaku utama yang menjalankan peran itu,” ujar Daisy Indira Yasmine, M.Soc.Sci., dosen dengan fokus urban-community based development and cultural transformation, Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Indonesia.

Perempuan cenderung menjadi pelaku utama dalam tugas domestik memang terbukti dengan adanya 0,54% responden survei yang menganggap pembagian tugas tidak seimbang.

Ketidakseimbangan ini berdasarkan siapa yang memiliki waktu senggang lebih banyak, siapa yang lebih ahli dalam mengerjakan tugas domestik, dan siapa pencari nafkah utama.

Baca Juga: Tips Psikolog: Percaya Pada Anak Saat Ia Melakukan Tugas Domestik

Tugas domestik adalah pekerjaan bersama

Di sisi lain, salah satu responden survei PARAPUAN menyatakan, bahwa pembagian kerja domestik di rumah tangganya seimbang alias dilakukan secara bersama-sama.

 

“Kami saling mendukung satu sama lain, buat pekerjaan rumah juga kami bagi dua, saya bagian belanja kebutuhan dan memasak.

"Sedangkan suami bertugas cuci piring, cuci baju, dan menyetrika. Jika berbenah terkait rumah, kami lakukan bersama,” ujar Rizkiana Hidayat, seorang ibu pekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta, saat dihubungi PARAPUAN, Senin (10/5/2021).

Rizkiana mengakui bahwa peran domestik dalam rumah tangga adalah keputusan bersama antara suami dan istri.

Tidak ada paksaan antara Rizkiana dan suami untuk mengerjakan tugas domestik, keduanya percaya jika ngobrol atau komunikasi terbuka membuka jalan solusi terkait peran ini.

“Kebetulan suami lebih detail dari aku (dalam urusan domestik), jadi soal kebersihan dan kerapian dia lebih juara,” imbuh Rizkiana.

Karena Rizkiana setiap harinya bekerja penuh waktu, ia menceritakan bahwa yang mengasuh anaknya yang baru genap dua tahun adalah suaminya.

Sepulang kerja, Rizkiana mengambil alih untuk turut bermain dan mengasuh buah hatinya, termasuk akhir pekan.

Mengutip riset PARAPUAN, alasan istri atau suami berbagi tugas domestik rumah tangga adalah tanggung jawab bersama (80,6%) atau tidak memiliki Asisten Rumah Tangga (ART) (42,4%).

Sehingga, mengandalkan satu sama lain atau suami istri sibuk bekerja (10,75%) dan tidak punya cukup waktu jika tugas domestik hanya dibebankan kepada salah satu pihak saja.

Hal serupa juga dialami oleh keluarga Legowo, seorang tourism planner yang berdomisili di Yogyakarta.

Ia dan istri sama-sama bekerja penuh waktu, tidak memiliki ART, sehingga urusan rumah dikerjakan bersama.

Tak hanya menetap di Yogyakarta, keduanya kerap mobilisasi ke Jakarta demi urusan pekerjaan.

Baca Juga: Kapan Mulai Ajarkan Tugas Domestik pada Anak? Ini Kata Psikolog

“Mencuci dan menyetrika baju menjadi tugas istri. Sedangkan membersihkan rumah, memperbaiki bagian yang rusak termasuk pompa air, listrik, AC, kompor, dan mesin cuci mesin cuci menjadi tugas saya,” tutur Legowo, saat dihubungi PARAPUAN, Senin (10/5/2021).

Legowo menambahkan, jika salah satu dari mereka tidak sibuk tugasnya mengambil alih belanja kebutuhan rumah tangga dan memasak.

Itu pun sudah dikomunikasikan sebelumnya dan sudah menjadi kebiasaan dalam rumah tangga Legowo.

“Bagian memasak dan berbelanja kebutuhan adalah tugas bersama. Jika bertema Indonesia/Jawa biasanya saya yang masak, tapi jika makanan mancanegara biasanya istri yang masak,” kata Legowo.

Dalam mengasuh anak, Legowo juga mengurus bersama dengan sang istri.

Pembagian peran dalam keluarga, di mana suami ikut melakukan pekerjaan domestik dan istri bekerja di luar rumah membuktikan bahwa konstruksi sosial dalam rumah tangga tradisional tidak lagi berlaku.

Dalam rumah tangga modern, suami bisa menjadi bapak rumah tangga, melakukan tugas domestik secara penuh, sementara istri sebagai pencari nafkah utama.

Urusan pekerjaan domestik pun bisa dilakukan oleh laki-laki atau bagi dua dengan istri.

Semua itu mungkin asal ada komunikasi terbuka dan kesepatakan antara kedua belah pihak.

Jika Kawan Puan merasa bahwa pembagian peran dalam keluarga saat ini butuh penyesuaian, maka jangan ragu membicarakan dan mendiskusikan hal tersebut dengan pasangan. (*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania