Parapuan.co - Bukan rahasia bahwa film adalah media hiburan kita semua. Film dapat ditonton pada saat apapun, baik itu sedih, senang, kesal, marah, ataupun bosan.
Saat kita jarang berinteraksi dengan orang pun, kita bisa menyelami kehidupan orang lain melalui karakter dalam film.
Itu berarti film tidak hanya menjadi media hiburan tapi juga cara kita belajar dan memahami orang lain.
Bahkan kita bisa juga lho, berdamai dengan diri sendiri melalui film. Caranya adalah dengan menonton film emosional.
Baca Juga: Selain Persiapkan Mental, Begini Caranya Perbaiki Hubungan yang Bermasalah dengan Keluarga
Film yang amat menyentuh, dengan penggambaran emosi dan pengalaman manusia di dalamnya, dapat berdampak besar pada perasaan dan kehidupan kita.
Kita bisa ikut menangis, tertawa, sedih, cemas, dan beragam emosi lain ketika menonton film dengan penggambaran emosi yang detail.
Perasaan yang seolah ikut campur aduk ketika melihat film adalah sebuah cara bagi kita untuk berdamai dan memahami perasaan yang dirasa di dunia nyata.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Mass Communication and Society oleh para peneliti dari Ohio State University menunjukkan bahwa film yang menyentuh secara emosional di mana karakternya berusaha untuk mencapai tujuan hidup, sebenarnya membantu kita memahami perjuangan kita sendiri.
Kita merasa nyambung atau relate dengan film tersebut karena menampilkan perjuangan dan perasaan yang amat kita kenal dalam dunia nyata, sebab memang sedang atau pernah kita alami sendiri.
Makanya, studi dari para peneliti Ohio State University berani bilang bahwa film membantu kita berdamai dan memahami perjuangan diri sendiri.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti itu berfokus pada efek film dengan narasi eudaimonic.
Narasi eudaimonic adalah film yang menggambarkan perjuangan karakter dalam mencapai kebahagiaan melalui aktualisasi diri dan tujuan hidup bermakna.
Tujuannya adalah untuk memahami mengapa seseorang terus mencari film dengan kisah yang begitu menyentuh secara emosional.
Peneliti merancang sebuah studi kasus untuk mencari tahu alasan mengapa orang-orang suka film yang emosional.
Mereka menyusun dua puluh daftar film yang dibuat setelah tahun 1985 dengan rating yang cukup tinggi di situs IMDB.
Baca Juga: Selain Cuek pada Penampilan, Inilah Tanda Pasangan Sudah Nyaman dalam Hubungan
Daftar tersebut kemudian dibagi menjadi dua. Daftar pertama berisikan film Hotel Rwanda, Up, The Shawshank Redemption dan Schindler's List yang dideskripsikan sebagai film menyentuh, menginspirasi, dan emosional di situs IMDB.
Lalu daftar yang kedua adalah film Ratatouille, Pulp Fiction, dan Fight Club yang kurang emosional.
Hasilnya, responden yang menonton film dalam daftar pertama (film yang menyentuh, menginspirasi, dan emosional) mengaku mendapatkan bantuan pemahaman terkait kesulitan dalam hidup.
Responden juga menilai bahwa mereka bisa lebih berdamai dan menerima kenyataan hidup setelah melihat kondisi orang lain melalui film.
Penerimaan mereka terhadap diri sendiri dan segala masalah yang dialami jauh lebih tinggi selepas menonton film emosional.
Di sisi lain, responden pun mengaku lebih termotivasi untuk menjadi orang yang lebih baik dengan membantu sesama setelah menyelesaikan film dalam daftar pertama.
"Film emosional yang sangat menyentuh dan menginspirasi membantu menegaskan kepada orang-orang bahwa hidup sering kali melibatkan kegembiraan dan keberuntungan.
"Namun juga di sisi lain ada kehilangan dan kesedihan. Semua perasaan dan peristiwa itu memberikan makna dalam pada hidup kita," terang Jared Ott, peneliti utama dalam studi kasus yang dilakukan oleh Ohio State University.
Di sisi lain psikolog Marisa Franco, PhD pun setuju bagaimana film dapat memengaruhi seseorang dalam penerimaan diri di kehidupan nyata.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Casual Dating dan Plus Minus Jika Menjalaninya
Menurutnya, ketika seseorang menonton film, mereka sedang membangun hubungan parasosial dengan karakter TV hingga mulai menyelami perasaan dan pengalaman yang karakter itu alami.
"Kita mengembangkan apa yang disebut hubungan parasosial dengan karakter televisi.
"Karakter dalam televisi dan film itu membantu kita merasa terhubung dan ikut merasakan pengalamannya meski mereka tidak nyata," ucap Franco.
Oleh karena itulah kita bisa berdamai dengan perasaan dan pengalaman diri sendiri karena melihat orang lain pun mengalami atau merasakan hal yang sama.
Dengan adanya kisah dari karakter film yang mirip dengan kehidupan nyata, kita seolah memilih teman dan sadar bahwa selama ini tidak sendiri.
Ada banyak orang lain menjalani kehidupan yang mirip dengan kita, sehingga apapun yang terjadi pada hidup, kita bisa menjalani dan menerimanya dengan perasaan lapang. (*)