Saling Mendukung
Rizkiana dan suami sepakat untuk merawat anaknya yang masih kecil bersama tanpa bantuan asisten rumah tangga atau orang tuanya.
“Saat pindah ke Yogyakarta, suami waktu itu dapat tawaran kerja juga di salah satu perusahaan swasta, tapi kami berdua memutuskan untuk tidak mengambilnya,” tutur Rizkiana.
Meskipun keputusan yang berat, Rizkiana dan suaminya memutuskan kesepakatan yang dianggapnya paling sesuai bagi keluarganya.
Tak lupa, keduanya saling mendukung satu sama lain dalam pekerjaan masing-masing.
“Suami sempat down juga pada awalnya, ia mengeluh karena tidak bekerja, mengurus rumah, sedih tidak bisa membelikan sesuatu ini itu, dan kasihan lihat saya bekerja sendirian,” kata Rizkiana.
Namun, ia berbesar hati dan menyampaikan kepada suaminya bahwa ia menjalankannya dengan ikhlas.
Selain itu, ia juga tidak pernah mempermasalahkan nafkah dan kebutuhan yang lain karena inilah pilihan dan kesepakatan keduanya.
“Kalau suami dan istri sama-sama kerja kemudian anak dititipkan ke daycare lebih kasihan, ya. Pulang-pulang keduanya capek dan nggak maksimal (merawat anak),” imbuh Rizkiana.
Ia juga mengakui bahwa sang suami yang menjadi bapak rumah tangga dan mengurus keluarga secara keseluruhan tidak mudah, namun ada saja komentar pedas yang dilontarkan kepada keputusan keluarganya.
Ia kerap mengalami patah hati karena apa yang dikatakan oleh orang lain kepadanya dan suami tidak berdasarkan fakta dalam rumah tangga mereka.
“Kalau ketemu, kami sering disindir. Sedih sekali jika ada komentar yang mengatakan suami saya sejak nikah lebih kurus dan kurang gizi,” ujar Rizkiana.
Baca Juga: Konstruksi Feminitas dan Maskulinitas dalam Peran Rumah Tangga