Paparan Polusi Udara Saat Kecil Ternyata Bisa Berpengaruh Pada Kesehatan Mental Pada Usia 18 Tahun

Maharani Kusuma Daruwati - Sabtu, 29 Mei 2021
Ilustrasi polusi udara di Jakarta.
Ilustrasi polusi udara di Jakarta. Kompas.com

Parapuan.co - Penelitian baru yang diterbitkan di JAMA Network Open menyoroti dampak nyata dari nitrogen oksida dan partikel.

Dua polutan udara yang dapat berdampak pada sistem saraf pusat dan menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental.

Temuan ini menggarisbawahi bahwa anak-anak yang terpapar polusi udara selama perkembangan berisiko lebih tinggi mengalami tantangan kesehatan mental jika dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang terpapar.

Memahami Bahaya Polusi Udara

Para peneliti mengikuti kohort dari 2.039 anak yang lahir di Inggris Raya selama tahun 1994 dan 1995 sepanjang masa kanak-kanak dan kemudian mewawancarai mereka pada usia 18 tahun untuk menganalisis gejala psikologis yang terkait dengan berbagai faktor risiko.

Baca Juga: Ramai Abdee Slank Jadi Komisaris Telkom, 5 Srikandi Ini Juga Tak Kalah Hebat Tempati Posisi Penting di BUMN

Tim peneliti mengisolasi faktor risiko polutan udara untuk menemukan bahwa peningkatan paparan nitrogen oksida dan materi partikulat berkorelasi dengan risiko yang lebih besar untuk masalah kesehatan mental.

Mengutip dari Verrywellmind.com, temuan tersebut menunjukkan bahwa remaja yang terpapar polusi udara luar ruangan pada tingkat yang lebih tinggi, terutama nitrogen oksida, mengalami masalah kesehatan mental yang lebih besar pada masa transisi ke masa dewasa.

Dr. Helen L. Fisher, PhD , pembaca psikopatologi perkembangan di King's College London, menjelaskan bahwa nitrogen oksida (NO x ), tidak boleh disamakan dengan nitrous oxide, atau gas tawa, yang merupakan senyawa kimia yang berbeda.

Nitrogen oksida tidak digunakan di dokter gigi. Sebaliknya, senyawa kimia ini memiliki bau yang kuat dan menyengat serta disertai kabut kecoklatan yang biasa melayang di kota-kota besar atau kawasan industri.

Dr. Fisher mengatakan bahwa nitrogen oksida adalah senyawa yang diatur yang dibuat oleh kendaraan bermotor dan limbah industri, mencatat bahwa konsentrasi tinggi sering ditemukan di dekat jalan yang sibuk.

Dia mengatakan bahwa polutan gas ini berkontribusi pada pembentukan kabut asap dan hujan asam.

Selain itu, para peneliti mengukur tingkat materi partikulat atau polusi partikel, yang merupakan partikel padat yang sangat kecil dan tetesan cairan juga tersuspensi di udara.  

"Ini terutama berasal dari kendaraan bermotor, pemanas pembakaran kayu, dan industri. Selama kebakaran hutan atau badai debu, polusi partikel dapat mencapai konsentrasi yang sangat tinggi," kata Dr. Fisher.

Baca Juga: Akhir Perjalanan 'Mencari Siti', Ini Dia 3 Pemeran Utama dalam Serial Musikal Nurbaya

Paparan Polusi Udara Bisa Menyebabkan Penyakit Mental

Para peneliti menemukan bahwa tingkat paparan polutan udara yang lebih tinggi selama masa kanak-kanak dan remaja dikaitkan dengan masalah kesehatan mental keseluruhan yang lebih besar pada usia 18 tahun.

Dr. Fisher menjelaskan bahwa masalah kesehatan mental ini termasuk kondisi yang diungkapkan secara internal, seperti depresi dan kecemasan.

Juga kondisi yang diekspresikan secara eksternal, seperti gangguan perilaku dan penyalahgunaan zat.

Dan kondisi yang berkaitan dengan distorsi dalam berpikir, seperti melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada.

Temuan ini tidak dapat dijelaskan oleh faktor risiko lain, termasuk masalah kesehatan mental anak sebelumnya, faktor biologis dan riwayat penyakit mental keluarga, atau risiko yang terkait dengan kemiskinan dan perbedaan lingkungan.

Baca Juga: SAH! Ifan Seventeen Resmi Menikahi Citra Monica, Mahar yang Diberikan Tak Main-Main

"Polusi udara dapat berkontribusi secara signifikan terhadap beban global penyakit kejiwaan, dan intervensi untuk meningkatkan kualitas udara dapat meningkatkan kesehatan mental di tingkat populasi," terang Dr Fisher.

Dr. Fisher menjelaskan bahwa polusi udara berdampak negatif pada kesehatan mental, menyoroti bahwa paparan dapat dianggap sebagai faktor risiko pengembangan penyakit mental.

Polusi udara telah dikaitkan dengan Alzheimer, Parkinson, stroke, dan penyakit lain pada sistem saraf pusat. 2

Karena korelasi antara pajanan di awal kehidupan dan peningkatan risiko gejala kesehatan mental, diagnosis tambahan, termasuk penyakit mental,  dapat dikaitkan dengan pajanan. (*)

 

Sumber: Verrywellmind
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru