Oleh sebab itu, masalah ini perlu ditangani baik dari pemerintah, organisasi dan masyarakat harus segera bersama-sama memprioritaskan akses dan layanan pendidikan inklusi yang berkualitas.
Contohnya saja yang terjadi di kabupaten Bandung.
Di sana para orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas khawatir terkait tidak meratanya akses, minimnya penerimaan masyarakat, dan terbatasnya sarana dan prasarana penunjang agar anak-anak penyandang disabilitas dapat belajar.
“Di masa pandemi semua pembelajaran menjadi online, setiap hari latihan soal dan harus dicatat di buku tulis padahal saya mengalami keterbatasan fisik untuk menulis," ujar Ranti (16) yang merupakan penyandang disabilitas fisik dan anggota Bumi Disabillitas.
Mengetahui hal tersebut, Ranti menyarankan sebaiknya para guru bisa lebih dekat dengan anak-anak penyandang disabilitas.
Baca Juga: Waspada! Varian Baru Virus Corona Asal Thailand Sudah Masuk ke Inggris
"Sehingga guru bisa memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi anak-anak seperti saya," harap Ranti.
Menjawab permasalahan tersebut, Save the Children melalui gerakan #SaveOurEducation akan melakukan aksi nyata.
Di mana melalui #SaveOurEducation, lembaga sosial ini memberikan dukungan kepada anak-anak disabilitas dan orang tua melalui kunjungan ke 50 rumah mereka.
Save the Children memberikan beragam kegiatan seperti membaca buku, belajar bersama, melukis sampai dengan sesi konseling serta kegiatan lainnya.
Kegiatan ini bekerja sama dengan komunitas Bumi Disabilitas dan para relawan.