Parapuan.co – Kawan Puan, apakah kamu familiar dengan pola asuh otoriter?
Ya, pola asuh otoriter merupakan salah satu pola asuh yang mengedepankan kesempurnaan.
Sehingga orang tua kerap kali menuntut anak melakukan dan meraih sesuatu.
Selain itu, pola asuh otoriter juga dicirikan oleh tuntutan yang tinggi dan daya tanggap yang rendah.
Baca Juga: Seperti Apa Pola Asuh Permisif? Ini Tanda dan Pengaruhnya pada Anak
Orang tua dengan gaya otoriter memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anak-anak mereka, tetapi memberikan sangat sedikit umpan balik dan pengasuhan.
Kesalahan cenderung dihukum dengan keras dan tidak bisa ditoleransi.
Bahkan, ketika umpan balik terjadi, seringkali negatif seperti dimarahi, dihukum secara fisik, atau diremehkan.
Baca Juga: Bolehkah Mendisiplinkan Balita dengan Keras? Begini Saran dari Ahli
Mengutip Verywell Mind, pendekatan otoriter mewakili gaya yang paling mengontrol.
Daripada menghargai pengendalian diri dan mengajar anak-anak untuk mengelola perilaku mereka sendiri, orang tua otoriter berfokus pada kepatuhan terhadap otoritas.
Alih-alih menghargai perilaku positif, orang tua dengan pola asuh otoriter hanya memberikan umpan balik berupa hukuman atas perilaku yang salah.
Berikut ini tanda yang sering ditemukan pada pola asuh otoriter, yaitu:
1. Menuntut dan tidak responsif
Orang tua yang otoriter memiliki banyak aturan dan mengatur hampir setiap aspek kehidupan dan perilaku anak-anak mereka, baik di rumah dan di depan umum.
Orang tua membesarkan anak ideal menurut perspektif mereka, yang diharapkan patuh dan setia terhadap setiap perkataannya.
Baca Juga: 4 Kebiasaan Toxic Orang Tua Ini Bisa Berdampak Negatif pada Anak
2. Kaku dan tidak mau bernegosiasi
Orang tua otoriter tidak percaya pada area abu-abu dan tidak pasti.
Situasi dipandang sebagai hitam dan putih dan hanya ada sedikit atau tidak ada ruang untuk kompromi.
Anak-anak tidak mendapatkan suara ketika harus menetapkan aturan atau membuat keputusan.
3. Sedikit kehangatan atau pemeliharaan
Orang tua dengan gaya ini sering kali terlihat dingin, menyendiri, dan kasar.
Mereka lebih cenderung mengomel atau meneriaki anak-anak daripada menawarkan dorongan dan pujian.
Mereka menghargai disiplin daripada kesenangan anak-anak.
Baca Juga: Ternyata Masa Pandemi Dapat Mengubah Pola Asuh Orang Tua pada Anak
4. Menjalin hubungan sebagai evaluasi
Orang tua dengan gaya ini biasanya memiliki masalah dengan hukuman fisik, dan sering kali melibatkan pemukulan.
Alih-alih mengandalkan penguatan positif, mereka bereaksi dengan cepat dan kasar ketika aturan dilanggar.
5. Memberi sedikit pilihan untuk anak
Orang tua otoriter tidak memberi anak pilihan atau memutuskan sesuatu.
Orang tua menetapkan aturan dan memiliki pendekatan "ikuti cara saya atau pergi dari rumah ini" untuk disiplin.
Ada sedikit ruang untuk negosiasi dan mereka jarang membiarkan anak-anak mereka membuat pilihan sendiri.
6. Tidak sabar dengan perilaku buruk
Orang tua yang otoriter mengharapkan anak-anak mereka untuk mengetahui lebih baik daripada terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan.
Mereka tidak memiliki kesabaran untuk menjelaskan mengapa anak-anak mereka harus menghindari perilaku tertentu.
Baca Juga: 4 Kebiasaan Toxic Orang Tua Ini Bisa Berdampak Negatif pada Anak
Selain itu, mereka hanya mengeluarkan sedikit energi untuk membicarakan perasaan.
7. Tidak percaya
Orang tua otoriter tidak mempercayai anak-anak mereka untuk membuat pilihan yang baik.
Orang tua dengan gaya ini tidak memberikan banyak kebebasan kepada anaknya untuk menunjukkan bahwa mereka dapat menunjukkan perilaku yang baik.
Daripada membiarkan anak-anak membuat keputusan sendiri dan menghadapi konsekuensi alami atas pilihan tersebut, pola asuh otoriter mengarahkan anak-anak mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.