Parapuan.co - Ringgo Agus Rahman mengabarkan dirinya positif Covid-19.
Pahadal ia sudah menjalani vaksin Covid-19 lengkap pada Maret 2021 lalu.
Meski begitu ternyata dirinya tak terhindarkan dari infeksi virus corona ini.
Vaksin memang merupakan salah satu strategi untuk pengendalalian Covid-19.
Namun, meski sudah disuntik vaksin seseorang tetap masih bisa terinfeksi.
Pasalnya, vaksin ini bukan menjadi pencegah atau bahkan obat.
Baca Juga: Jangan Ragukan Vaksin, Kasus Covid-19 di Kota ini Turun Drastis Pasca Vaksinasi 75 Persen Warganya
Layaknya vaksin lainnya, vaksin Covid-19 ini berguna untuk menurunkan kemungkinan risiko terinfeksi serta mengurangi adanya gejala jika sampai terkena.
Dengan kata lain, seseorang yang sudah divaksin masih bisa terinfeksi Covid-19, namun dengan gejala yang lebih ringan.
Mengutip dari Kompas.com, Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa penggunaan vaksin ini menurunkan 68-95 persen risiko terinfeksi.
Nadia menjelaskan, setiap orang yang sudah divaksin masih memiliki peluang untuk tertular virus corona.
"Perlindungannya tetap tidak 100 persen. Tapi dia (vaksin) sudah menurunkan risiko kita jadi sakit itu 65-95 persen," jelas Nadia, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/4/2021).
Ia pun menyebutkan, masyarakat perlu memahami bawa vaksin tidak mencegah terjadinya penularan Covid-19.
"Yang mencegah penularan itu 3M, termasuk menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. Karena tertular itu kan virus masuk ke dalam tubuh kita, dan benteng kita itu 3M," kata Nadia.
Jadi walau seseorang sudah menerima vaksin tetapi tidak menerapkan perilaku 3M, maka besar kemungkinan dia masih bisa tertular Covid-19.
Termasuk juga bagi seseorang yang telah divaksin dan patuh protokol kesehatan tetap masih berpeluang terinfeksi Covid-19.
Nadia menjelaskan, hal itu bisa terjadi sebab saat ini masih dalam situasi pandemi.
Baca Juga: Ringgo Agus Rahman Mengasingkan Diri Karena Covid-19, Surat Cinta dari Bjorka dan Mars Jadi 'Obat'
"Kalau pandemi itu kan berarti konsentrasi virus di sekitar kita itu sangat tinggi," terang Nadia.
Sebagai gambaran situasi pandemi dan kondisi saat tidak lagi pandemi, Nadia mencontohkan saat terjadinya musim demam berdarah.
"Kenapa pada saat musim demam berdarah, orang lebih gampang kan kena demam berdarah. Nah, karena virusnya banyak pada saat itu. Karena nyamuk yang membawa virus pada saat perubahan dari musim panas ke musim hujan, atau musim hujan, itu banyak (populasinya)," tambahnya.
"Sehingga orang gampang sakit demam berdarah. Makanya muncul kejadian luar biasa (KLB) peningkatan kasus demam berdarah. Karena pada saat itu virusnya banyak, nyamuk pembawanya juga banyak," kata Nadia melanjutkan.
Namun, pada lain waktu, misalnya di musim kemarau, kasus-kasus demam berdarah jarang dijumpai. Mengapa demikian?
"Karena virusnya enggak banyak, nyamuknya juga enggak banyak," jelas Nadia.
"Nah, ini sama. Kalau pandemi, kan berarti memang kondisi virus penyebab Covid-19 nya banyak, cuma dia enggak pakai nyamuk," imbuhnya.
Baca Juga: Bahagianya Zivanna Letisha Bagikan Kabar Hamil Anak Kedua, Langsung dapat Anak Kembar
Sehingga di saat situasi pandemi seperti sekrang ini, resiko tertular virus corona masih sangat besar, maka protokol pencegahan 3M harus selalu diterapkan.
"Kalau pun kita sudah 3M, kan 3M itu enggak 100 persen bisa melindungi, makanya tambah vaksin. Begitu dia (virus) masuk, langsung dilawan," tegasnya. (*)