Pengalaman Jadi Ibu Tiga Buah Hati, Maya Septha: Stop Mommy Shaming!

Parapuan.co - Maya Septha termasuk publik figur perempuan Indonesia yang kerap membagikan aktivitasnya melalui media sosial.

Baru-baru ini, tepatnya Senin (7/6/2021) ia mengunggah sebuah video TikTok yang dibagikan ulang ke Instagram tentang repotnya menjadi seorang ibu.

Dalam caption unggahannya ia menuliskan, "Stop mommy shaming."

Kalau Kawan Puan belum tahu, mommy shaming adalah istilah yang merujuk pada hujatan yang diterima oleh seorang ibu, dari orang lain di sekitarnya, di mana hal ini sudah masuk ke ranah perundungan atau bullying.

Biasanya para ibu mendapatkan mommy shaming karena cara ia merawat dan mengurus buah hati, yang dianggap tidak 'baik' atau tidak 'tepat' oleh orang lain.

Padahal, dalam mengurus anak, tidak ada patokan pasti mana yang benar dan salah salah atau tepat dan tidak tepat.

Setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, dan bagaimana ia merawat serta mengurus buah hati adalah yang terbaik yang bisa dilakukan ibu kepada buah hatinya.

Sebagai ibu dengan tiga buah hati yang masih kecil, Maya Septha amat menyadari adanya mommy shaming yang kerap dilontarkan oleh orang lain di media sosial.

Ia pernah mendapatkan mommy shaming dari orang-orang di Instagram yang mengomentari unggahannya.

Maka, ia pun membuat video yang menunjukkan betapa repot dan challenging-nya menjadi seorang ibu yang mengurus anak di rumah.

Ia bahkan melontarkan kelakar, "I'm ready to be a Dad" atau "Aku siap jadi ayah" yang sudah jelas hanya guyonan belaka.

Dalam caption Instagramnya, Maya Septha menuliskan, "Ngga usah dengerin komentar orang yang nggak penting. Apalagi yang cuma bisa ngomong tapi nggak pernah cobain apalagi bantuin. Stop mommy shaming!"

Ia pun melanjutkan bahwa parenting atau mengurus dan mendidik anak bukan hal mudah bagi seorang ibu.

Maka, hujatan atau komentar-komentar negatif yang terdengar menjatuhkan atau membuat ibu berkecil hati, tidak perlu ditanggapi.

"Parenting is tough! Apalagi kita maunya ngelakuin yang bener dan mau anak-anak semua merasa disayang sama rata dan diterima apa adanya."

Maya pun kembali menegaskan bahwa kondisi setiap ibu berbeda, sehingga cara mengajar dan mendidik anak antara satu ibu dengan ibu lain tidak bisa disamakan.

"Situasi, kondisi, dan kemampuan setiap ibu berbeda-beda. Lakukan seterbaik yang kita bisa aja, karena standar terbaiknya kita juga mungkin nggak sama," tutup Maya.