Simak! Ini 2 Tipe Pembagian Peran dalam Keluarga Setelah Menikah

Ericha Fernanda - Rabu, 9 Juni 2021
Pembagian peran dalam rumah tangga.
Pembagian peran dalam rumah tangga. freepik

 

Parapuan.co - Awalnya rumah tangga terdiri dari dua orang yaitu suami dan istri, kemudian bertambah dengan adanya anak-anak.

Semakin banyak anggota keluarga, semakin banyak peran ganda yang mau tidak mau harus dilakukan pasangan suami-istri tersebut.

Apalagi, jika suami-istri memutuskan untuk bekerja, sehingga perannya menjadi pasangan, orang tua, dan peran domestik seperti menyapu, mencuci, mengepel, mengurus anak, atau memasak.

Baca Juga: Tugas Domestik Rumah Tangga, Siapa yang Bertanggung Jawab Penuh?

Tapi, jika suami-istri bersepakat untuk meminta bantuan asisten rumah tangga (ART), maka akan mengurangi pekerjaan domestik, tapi tidak menghilangkannya dari pembagian peran.

Mengutip artikel bertajuk Pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga: Seberapa penting?, ditulis oleh Novensia Wongpy, S.Psi., M.Psi., Psikolog, di laman Center for Marriage and Family Universitas Ciputra, membagi dua jenis pembagian peran dalam rumah tangga, antara lain:

1. Tradisional

Dalam peran tradisional, terdapat perbedaan peran dan tugas yang jelas antara suami dan istri.

Fokus dan tugas utama dari suami adalah bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga.

Sedangkan fokus dan tugas utama dari istri adalah mendukung suami dan mengurus segala urusan rumah tangga termasuk pengasuhan anak.

Bagi pandangan tradisional, akan terlihat aneh jika suami ikut mengasuh anak dan membersihkan rumah.

Begitu pula dengan istri, akan terlihat aneh jika istri bekerja di luar rumah.

Keputusan-keputusan terkait rumah tangga akan diatur dan ditentukan oleh suami, sementara istri sifatnya mendukung keputusan apapun yang diambil suami.

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pembagian peran secara tradisional adalah karena adanya stereotip akan peran laki-laki dan perempuan.

Laki-laki dianggap sebagai sosok yang maskulin, kuat, dan dominan, sehingga dianggap lebih sesuai untuk bekerja dan bertanggung jawab atas semua keputusan dan kebutuhan rumah tangga.

Perempuan dianggap sebagai sosok yang feminin, memiliki karakter yang lembut dan penyayang.

Lewat karakter ini, perempuan dianggap lebih cocok untuk berada di rumah dan mengasuh anak.

2. Egaliter

Pembagian tugas dalam peran egaliter, antara suami dan istri bersifat lebih fleksibel.

Tidak ada lagi sebuah aturan sosial bahwa suami kurang cocok mengasuh anak dan istri kurang cocok untuk bekerja.

Suami dan istri bebas menentukan pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga melalui diskusi dan kesepakatan yang diambil bersama-sama.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mengajak Suami Mengerjakan Tugas Rumah Tangga? Ini Saran Psikolog

Berbagi peran dan tugas adalah kunci utama dari pembagian peran secara egaliter.

Suami dan istri boleh menunjukkan bakat dan minat mereka dalam bidang apapun, misalnya suami memiliki hobi untuk memasak.

Sehingga dalam rumah tangga mereka, memasak adalah tugas suami.

Suami dan istri juga dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam menjalankan peran dan melakukan tugas.

Menurut Kawan Puan, manakah yang lebih mengayomi satu sama lain dari dua jenis pembagian peran ini?

Mengerjakan tugas rumah tangga dan mengasuh anak sama sekali tidak mengurangi harkat dan martabat sebagai laki-laki.

Begitu pula, menjadi perempuan karir tidaklah menurunkan derajatnya sebagai perempuan tulen juga.

Sebab, inti rumah tangga itu dibangun suami-istri yang saling mendukung, mengayomi, dan meraih mimpi bersama.

Tak perlu bebankan satu pekerjaan domestik pada salah satu orang saja karena pekerjaan domestik itu sangat banyak dan tidak ada habisnya.

 Baca Juga: Pembagian Peran dalam Keluarga Berawal dari Komunikasi dan Kesepakatan Bersama

(*) 

Sumber: Center for Marriage and Family Universitas Ciputra
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami


REKOMENDASI HARI INI

Peran Perempuan Minim, DPR Refleksi Pemilihan Pimpinan dan Dewan Pengawas KPK 2024-2029