Rasa malu ini seringkali membuat korban menyalahkan diri sendiri atas perbuatan seksual yang dilakukan pelakunya.
Contohnya kasus Lee Corfman, perempuan yang melaporkan kepada Washington Post bahwa dia dilecehkan oleh Roy Moore ketika berusia 14 tahun dan merasa ia menjadi penyebab hal itu terjadi.
“Saya merasa bertanggung jawab (atas peristiwa tersebut). Saya pikir saya buruk,” jelas korban.
Memahami lebih banyak tentang emosi rasa malu dapat membantu menjelaskan mengapa perempuan menyalahkan diri mereka sendiri ketika dilecehkan.
Inilah juga yang menjadi alasan mengapa lebih banyak perempuan tidak melaporkan pelecehan seksual yang terjadi.
Ketika kita merasa malu, kita ingin bersembunyi dan membuat diri kita seolah-olah tidak terlihat.
Baca Juga: Cobalah, Ini Strategi Komunikasi untuk Atasi Pasangan yang Kurang Terbuka
Kebanyakan perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual merasa bahwa diri mereka cacat dan tidak bisa diterima oleh lingkungannya.
Mereka juga khawatir jika mereka menyurakan pelecehan yang dialami, mereka akan dikucilkan di lingkungan masyarakat atau bahkan menjadi bahan olok-olokan.
Rasa malu juga bisa membuat seseorang merasa terisolasi dan terpisah dari keramaian
Bahkan, dalam budaya primitif, korban pelecehan seksual diusir dari suku dan tempat tinggal ketika mereka melanggar aturan masyarakat.
Dipermalukan, terasa seperti diasingkan, dan bahkan tidak layak berada di sekitar orang lain.
Hal ini pun seharusnya menyadarkan kita, bahwa ketika perempuan menjadi korban pelecehan seksual, tak seharusnya kita bersikap menyudutkan mereka.
Justru, kita seharusnya memberikan dukungan dan transfer semangat agar korban berani melaporkan kejadian.(*)