"Kalau kita lakukan tes tarikan rambut pada suatu lokasi dan tercabutnya cukup banyak, nah itu merupakan tanda terjadinya kerontokan rambut yang abnormal," kata Oke.
Sementara, kerontokan yang biasanya dialami kebanyakan orang adalah telogen effluvium, yaitu kerontokan yang terjadi akibat terjadi stres berat, baik fisik maupun psikis.
dr. Oke mencontohkan, kerontokan jenis tersebut sama seperti mereka yang sedang demam tinggi, pasca operasi besar, stres akibat pandemi sehingga kehilangan pekerjaan, dan sebagainya.
Baca Juga: Tak Hanya Diminum, Ini Manfaat Kopi untuk Rambut yang Perlu Kamu Tahu
Apakah Benar Rambut Rontok Lebih Banyak Terjadi pada Perempuan?
Untuk pertanyaan tersebut, dr. Oke mengiyakan bahwa perempuan relatif lebih sering mengalami rambut rontok.
Penyebab dari fenomena tersebut pun beragam, sebagai contoh adalah perempuan yang memiliki rambut panjang lebih menyukai rambut dikuncir atau dikepang, padahal tarikan kuat pada rambut ini bisa menyebabkan rambut rontok.
Hal lainnya adalah faktor hormonal, salah satunya bisa dipicu karena menstruasi.
Baca Juga: Menurut Pendapat Ahli, Begini Cara Menumbuhkan Rambut secara Alami
Kemudian, menggunakan penutup kepala terlalu lama juga bisa menyebabkan rambut rontok karena membuat kulit kepala lembap, sehingga folikel rambut lebih lebar serta akar rambut terlepas.
"Terlalu sering manipulasi bahan kimia pada rambut (cat rambut, hairdryer, catok) akan merusak rambut," kata Oke.
Oleh karena itu, perempuan lebih banyak mengalami rambut rontok dibandingkan laki-laki.