"Makanya, sebenernya dengan adanya pelatihan digital talent ini, diharapkan perempuan bisa jadi menjadi bagian dari digital talent," ujarnya lagi.
Lagi pula, menurut Muhammad Rofi, persiapan bagi siswi SMK jurusan IT sama dengan para siswa.
Untuk dapat bekerja di industri IT yang mengedepankan teknologi digital, baik laki-laki maupun perempuan mesti sama-sama punya minat tinggi di bidang ini.
Lalu untuk menunjang minatnya, mereka mesti memperbanyak keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan di dunia digital, salah satunya seperti Pelatihan Cybersecurity yang digagas IDF.
Dari pelatihan-pelatihan sejenis, biasanya peserta akan dipertemukan dengan perusahaan-perusahaan di industri digital.
Nah, di situlah nanti para peserta dapat menentukan sekaligus menyesuaikan kemampuan dan minatnya dengan kualifikasi dari perusahaan.
Baca Juga: 4 Kesenjangan Gender yang Dialami Perempuan dalam Dunia Kerja
Sementara itu, untuk kesetaraan gender sendiri, di industri digital peminat perempuan masih lebih sedikit ketimbang laki-laki.
Untuk itu pada dasarnya ketimpangan gender bukanlah sesuatu yang "disengaja" oleh perusahaan atau industri.
Kalaupun dalam suatu perusahaan terdapat ketimpangan gender, cara mengatasinya tergantung pada kebijakan masing-masing.
"Kalau secara peraturan, itu tergantung sama company-nya masing-masing," terang Rofi.
Ia juga menambahkan apabila ingin mengatasi kesenjangan gender di perusahaan IT secara menyeluruh, berarti perlu melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Misalnya saja dengan Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia), koalisi perempuan, dan/atau lembaga terkait lainnya untuk mewujudkan kesetaraan gender di tempat kerja. (*)