Parapuan.co - Kawan Puan, Maya Ghazal adalah sosok pengungsi perempuan Suriah pertama yang menjadi pilot.
Maya Ghazal kini tinggal di Inggris bersama keluarganya setelah memutuskan mengungsi dari Damaskus pada tahun 2015.
Kala itu usia Maya masih 16 tahun, ia terpaksa meninggalkan rumahnya di Damaskus, Suriah, bersama ibu dan dua adik laki-lakinya karena konflik Suriah.
Nah kepindahan Maya inilah awal mulai perjalanannya meraih mimpinya menjadi pilot.
Baca Juga: Jadi Wasit Perempuan Pertama di Piala Eropa 2020, Ini Sepak Terjang Stephanie Frappart
Melansir dari Vogue, Maya mengaku ingat betul pengalamannya saat baru pertama kali sampai di Inggis.
Maya mengaku menangis ketakutan saat diinterogasi oleh petugas custom di bandara.
"Meskipun kami memiliki status pengungsi dan datang ke Inggris secara legal dengan alasan reuni keluarga, petugas berseragam membawa kami ke sebuah ruangan dan menanyai kami setelah perjalanan panjang kami melalui Beirut dan Turki," kata Maya.
Kemampuan bahasa Inggris Maya yang saat itu masih apa adanya membuatnya sulit berkomunikasi dengan para petugas custom.
"Satu-satunya bahasa Inggris yang saya tahu adalah apa yang saya pelajari dari (acara TV) Grey's Anatomy dan 50 First Dates.
"Pada satu titik, saya mulai menangis dan saat itulah mereka akhirnya membiarkan kami lewat. Kami awalnya menetap di Birmingham sebelum pindah ke London," cerita Maya.
Mengetahui kemampuannya dalam berbahasa Inggris masih sangat kurang, Maya berusaha kuat meningkatkan kemampuannya tersebut.
"Saya bekerja sangat keras dalam bahasa Inggris saya, membaca buku dan mendengarkan musik, menuliskan setiap kata yang tidak saya ketahui dan mencarinya di kamus.
"Saya ingin mendaftar untuk belajar teknik penerbangan di Brunel University di London, saya kembali untuk tes minggu berikutnya dan melakukannya dengan cukup baik, jadi mereka menerima saya,” kata Maya.
Baca Juga: Sukses di Dunia STEM, Inilah Sosok Fransiska Hadiwidjana Co Founder Women Works
Pada 2020 lalu, Maya menjadi pilot perempuan pengungsi Suriah pertama.
Saat ini Maya memiliki ambisi untuk menjadi pilot maskapai penerbangan komersial, ia berharap suatu hari nanti bisa mendaratkan pesawat di tanah kelahirannya Suriah.
"Saya ingin memiliki lisensi komersial. Kemudian, suatu hari nanti saya ingin sekali bisa mendaratkan pesawat di Suriah.
"Saya sekarang memang warga negara Inggris, tetapi saya tidak akan pernah melupakan kewarganegaraan Suriah saya. Saya sangat bangga dengan siapa saya,” ungkap Maya.
Di usianya yang ke 22 saat ini, Maya ditunjuk sebagai duta besar untuk UNHCR, Badan Pengungsi PBB.
Melalui pidato-pidato yang kuat, Maya mengkampanyekan pentingnya akses ke pendidikan dan peluang kerja, dan melawan stereotip negatif di masyarakat mengenai para pengungsi.
“Hanya 77 persen anak-anak pengungsi usia sekolah dasar yang memiliki akses ke pendidikan. Karena Covid-19, semakin sedikit anak-anak pengungsi yang bersekolah.
"Hal ini membuat anak perempuan terutama lebih rentan terhadap pernikahan dini, diskriminasi, dan eksploitasi.
"Saya merasa sangat beruntung dapat meningkatkan kesadaran tentang masalah ini melalui posisi saya di UNHCR.
"Saya membagi cerita saya sebagai seorang pengungsi yang telah diberi kesempatan kedua dan berhasil mengejar mimpinya.
"Saya ingin menunjukkan kepada para pengungsi lainnya, pengungsi berhasil dengan tekad dan bantuan komunitas baru mereka,” kata Maya.
Baca Juga: Kolaborasi Dua Sahabat dengan Mendaur Ulang Sampah Menjadi Batu Bata!
Selain memperjuangkan akses pendidikan dan lapangan kerja bagi para pengungsi, Maya juga ingin menghilangkan stereotip negatif mengenai para pengungsi.
"Didiklah dirimu sendiri dan komunitas, semakin kamu tahu tentang kisah nyata para pengungsi, semakin baik. Jangan cap kami dengan stereotip tertentu.
"Ada begitu banyak sumber daya di situs web UNHCR dan saluran sosial dengan informasi yang valid dan cara kamu dapat membantu, tergantung di bagian dunia mana kamu berada.
"Organisasi ini memainkan peran penting dalam memastikan pengungsi memiliki kehidupan yang layak mereka dapatkan, kehidupan normal. Tindakan kebaikan kecil dapat membuat perbedaan besar,” jelas Maya. (*)