Parapuan.co - Bunga Citra Lestari (BCL) kini tengah berjuang melawan virus corona yang dialaminya.
Artis sekaligus penyanyi ini diketahui memang telah mengabarkan dirinya positif Covid-19.
Sudah satu minggu BCL positif Covid-19, ibu satu anak ini ternyata juga mengalami mental yang drop.
Sabtu (19/6/2021), ia mengatakan bahwa dirinya tak hanya merasakan gejala fisik tapi juga mentalnya mulai turun.
"Isolation day 6
Hari ini aku ingin membagikan sedikit tentang apa yang aku rasakan..
Ternyata ga hanya menimbulkan gejala-gejala yang bersifat fisik, COVID juga membuat mentalku down," ungkap BCL di Instagram.
Rasa cemas dan khawatir pun menerpa, terlebih lagi saat kondisi fisiknya juga mulai menurun.
Baca Juga: Waspada! Mirip Flu Berat, Berikut Gejala Baru Varian Delta Covid-19
"Sering kali rasa khawatir datang, terlebih di saat badan lagi terasa drop, nafas agak sesak, kehilangan rasa.. Ditambah faktor2 lain dari luar yang tentunya ga bisa aku kontrol –– rasanya semakin berat.. Aku cuma bisa berusaha untuk tetap tersenyum dan menerima," ujarnya.
Ternyata Covid-19 memang erat kaitannya dengan gangguan mental.
Penelitian terbaru yang terbit di Jurnal The Lancet Psychiatry, seperti diktuip dari Kompas.com, mengugkap bahwa 1 dari 5 penyintas Covid-19 berisiko besar terkana penyakit gangguan mental.
Menurut penjelasa psikiater, penelitian besar itu menemukan bahwa 20 persen orang yang terinfeksi Covid-19 didiagnosis mengalami gangguan kejiwaan dalam waktu 90 hari.
Riset tersebut mengungkap bahwa masalah gangguan mental yang paling umum dialami pasien Covid-19 yang sembuh adalah kecemasan, depresi, dan insomnia.
Baca Juga: Bagikan Kondisi Terkini, BCL Ungkap Mentalnya Drop Usai 6 Hari Positif Covid-19
Tak hanya itu, peneliti dari Universitas Oxford Inggris bahkan menemukan adanya risiko demensia, kondisi gangguan otak, yang jauh lebih tinggi pada penyintas Covid-19.
"Orang-orang khawatir bahwa mereka yang sembuh dari Covid-19 berisiko lebih besar mengalami masalah kesehatan mental. Dan temuan kami menunjukkan kemungkinan itu,” kata Paul Harrison, seorang profesor psikiatri di Universitas Oxford Inggris yang terlibat dalam studi.
Studi tersebut menganalisis catatan kesehatan elektronik dari 69 juta orang di Amerika Serikat, termasuk lebih dari 62 ribu kasus Covid-19.
Menurut para peneliti, temuan ini kemungkinan besar akan sama hasilnya dengan korban Covid-19 di seluruh dunia.
Hal serupa juga disampaikan oleh peneliti lainnya yang tak terlibat dalam riset tersebut.
Michael Bloomfield, konsultan psikiater di University College London, mengatakan temuan ini menambah bukti yang berkembang bahwa Covid-19 dapat memengaruhi otak dan pikiran, juga meningkatkan risiko berbagai penyakit kejiwaan.
"Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi stres psikologis yang terkait dengan pandemi khusus ini dan efek fisik dari penyakit tersebut," jelas Michael Bloomfield.
Sedangkan Simon Wessely, profesor psikiatri regius di King's College London, mengungkapkan kaitan lainnya soal gangguan mental dan Covid-19.
Ia mengatakan bahwa mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental juga berisiko lebih tinggi terkena Covid-19.
"Covid-19 memengaruhi sistem saraf pusat, dan dengan demikian dapat secara langsung meningkatkan gangguan selanjutnya. Tapi penelitian ini menegaskan risiko ini meningkat karena seseorang terinfeksi Covid-19 sebelumnya," terang Simon Wessely. (*)