Kata Psikolog, Ini Tips Menghindari Konflik dengan Atasan atau Rekan Kerja di Kantor

Arintha Widya - Senin, 21 Juni 2021
Ilustrasi perempuan bekerja
Ilustrasi perempuan bekerja Shutterstock

4. Berkomunikasi dengan santun

Cara berikutnya untuk bisa terhindari dari konflik internal, baik dengan rekan kerja atau atasan ialah berkomunikasi secara santun.

"Berkomunikasi dengan atasan dan rekan kerja sama, harus santun, bahasanya baik," Sukmarani menambahkan.

Berbicaralah dengan tutur kata yang baik, mengkritik dengan baik, dan hindari menggunakan kata-kata yang sarkas.

5. Dahulukan dukungan dibanding kritikan

Belajarlah menghargai atasan atau rekan kerjamu, dan usahakan tidak terus-menerus mengkritik mereka.

Daripada mengkritik, lebih baik kamu memberikan dukungan supaya mereka mampu melakukan yang terbaik.

"Lalu tips menghindari konflik di kantor yang berikutnya, dahulukan dukungan dibanding kritikan," kata Sukmarani.

Baca Juga: 5 Tips Komunikasi Efektif Menghadapi Konflik dengan Pasangan

6. Jangan menghakimi di depan umum

Jika kamu ingin mengkritisi rekan kerja atau juniormu di kantor, hindari agar tidak menghakiminya di depan umum.

Cari tempat bicara berdua dan tegur ia di sana, sehingga ia tetap merasa kamu menghargainya.

Tindakan ini tidak hanya akan mencegah konflik antara kamu dengannya, tetapi juga kamu dengan yang rekan lain.

7. Selesaikan masalah kecil secepat mungkin

Begitu ada masalah kecil di kantor, segeralah selesaikan sebelum unek-unek semakin menumpuk.

"Kalau ada masalah kecil di kantor, dengan atasan, dengan rekan kerja, sebaiknya cepat diselesaikan," tutur Sukmarani.

Hal ini dapat menghindarkanmu dari konflik dengan atasan atau rekan kerja, sehingga situasi harmonis dan kondusif di kantor tetap terjaga.

Semakin dewasa, sudah bukan saatnya kamu terlibat dalam drama yang tidak penting di kantor.

Kiranya, mudah-mudahan cara menghindari konflik dengan atasan atau rekan kerja ini membantumu, ya. (*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?