Namun hal yang membedakan, menurut Pop-Vicus, pada orang dengan telogen effluvium kerontokan biasanya terjadi sekaligus.
Sementara pada keadaan normal, sekitar 10 persen rambut berada dalam fase istirahat, 5 persen dalam fase rontok dan sisanya dalam fase pertumbuhan.
"Akan tetapi, ketika tubuh mengalami stresor yang kuat, tubuh mengalihkan energinya untuk fokus dan memprioritaskan fungsi penunjang kehidupan lainnya.
"Pertumbuhan rambut belum tentu merupakan fungsi kelangsungan hidup. Itulah mengapa mungkin 50 persen rambut kita akan beralih ke fase istirahat," katanya.
Fase tersebut, lanjut Pop-Vicus, biasanya berlangsung dua hingga tiga bulan, kemudian rambut akan rontok secara alami.
Namun, karena reaksi yang tertunda tersebut, sedikit sulit menentukan penyebab rambut rontok tersebut karena Covid-19 atau ada faktor lainnya.
Adapun penyebab lain dari kerontokan rambut menurut Pop-Vicus yakni bisa jadi karena pengobatan, seperti kemoterapi, penuaan, hormon yang tidak seimbang, dan masalah kulit kepala.
Baca Juga: Rambut Rontok Bisa Disebabkan oleh Kekurangan Vitamin D, Ini Kata Ahli
Akan tetapi, jika kerontokan rambut masih terjadi enam bulan kemudian dan ditambah gejala seperti kulit kepala gatal, kemerahan, terkelupas, maka bisa jadi rambut rontok yang dialami bukan karena Covid-19, menurut dermatolog dari Clevelans Clinic, Dr Shilpi Khetarpal.
Mengingat, telogen effluvium biasanya sembuh dalam waktu enam bulan, kata Khetarpal.
Sehingga, untuk mengetahui penyebabnya secara detail disarankan berkonsultasi dengan profesional agar mendapatkan perawatan yang tepat.
(*)