“Menikah itu kan bukan berarti harus mengurangi peran dan perhatian orang tua terhadap anaknya,” tambah Ajeng.
Meski mengomunikasikan keinginan untuk kembali bekerja setelah menikah dengan orang tua adalah hal yang perlu, tetapi kadang perempuan harus menghadapi pola pikir orang tua yang berbeda.
Perbedaan pola pikir tersebut biasanya antara orang tua yang hidup di kota dengan pemikiran lebih maju dan orang tua yang hidup di desa dengan pemikiran konvensional.
“Kalau konvensional terbiasa dengan pemikiran tradisional ya. Istri kalau sudah menikah harus sendiko dawuh (nurut) bahasa jawanya ke suami. Kalau kerja urusan suami, kalau istri urusan rumah ya masak, ngurus anak, beberes. Sehingga anak pun cenderung mengikuti gaya hidup orang tua dikarenakan pembiasaan dan gaya hidup di lingkungan sekitar,” jelas Ajeng.
Sedangkan orang tua yang hidup di kota tentu pola pikirnya berbeda, karena lingkungan dan juga informasi bisa mudah didapat melalui internet.
Baca Juga: Menikah Bukan Halangan Perempuan untuk Raih Pendidikan yang Lebih Tinggi
“Orang tua modern pemikirannya cenderung perempuan itu harus maju, makanya banyak ibu-ibu muda jaman sekarang menyekolahkan anaknya di tempat yang bagus-bagus dengan harapan dia bisa mengisi kanvas hidupnya dengan hal-hal yang bisa memajukan hidupnya, bukan sendiko dawuh (nurut) lagi,” terangnya.
Walapun ada perbedaan dalam pola pikir, kemungkinan perubahan pola pikir orang tua konvensional bisa terjadi.
Adanya dunia digital saat ini dapat membantu seseorang untuk mendapatkan informasi secara terbuka.
“Semua informasi, berita bisa diakses oleh siapa saja, informasi yang didapat bisa membuka pikiran yang konvensional. Seperti pemikiran anak laki-laki warna biru, anak perempuan warna pink itu semua bisa ditepis dengan pembaharuan keilmuan,” tutup Ajeng.
Kawan Puan, semoga kamu yang tengah berusaha meraih mimpi setelah menikah tidak terlewat mengomunikasikan hal ini pada orang tua ya! (*)