Parapuan.co – Kawan Puan, lingkungan sosial sering kali memandang perempuan belum menikah di usia produktif sebagai sesuatu yang tidak wajar.
Hal ini terjadi karena adanya sudut pandang tradisi dan kebudayaan.
Bahkan ada juga yang berpendapat jika tugas mulia seorang perempuan adalah mengurus rumah tangga aja lo, Kawan Puan!
Anggapan soal perempuan belum menikah di usia produktif ini juga disampaikan oleh Nikita Devi Purnama M.Si, tim Kajian Gender UI dan The Finery Report saat dihubungi PARAPUAN pada Jumat (18/06/2021).
“Ada pandangan bahwa tugas paling mulia bagi perempuan adalah prokreasi dan domestik. Ini sebenarnya tidak sejalan dengan kenyataan,” ucap Nikita.
Padahal seorang perempuan sebenarnya memiliki banyak impian dan bukan sebatas sebagai ibu dan istri.
Baca Juga: Tak Hanya Suami, Menyampaikan Impian pada Orang Tua juga Perlu Dilakukan
Perempuan sering kali memiliki keinginan untuk mengembangkan karier, sekolah lebih tinggi, dan bahkan mewujudkan impian lainnya.
Namun, saat perempuan memilih untuk mengejar impiannya daripada menikah, tentu banyak stigma yang akan muncul tentang keputusan ini.
Stigma tersebut sering kali muncul dari lingkungan keluarga dan sosial.
Bahkan Nikita juga mendapatkan stigma tersebut dari lingkungan keluarga.
“Tante saya bilang, ya kamu sekolah tinggi bagus tapi jangan lupa menikah,” ucapnya.
Bagi Nikita hal-hal seperti itu mencerminkan bahwa mereka belum menyadari ada sesuatu yang lebih penting dari pernikahan.
“Di daerah lain ada anak-anak usia SMP yang mereka ingin sekolah tapi karena dorongan dari orang tua terkadang membuat mereka kesulitan untuk menolak menikah dengan orang lain,” jelas Nikita.
Ini juga menyebabkan maraknya pernikahan anak di bawah umur.
Saat perempuan lebih memilih mengejar impian, mereka akan dihadapkan dengan stigma dari keluarga dan sosial.
Baca Juga: Cara Komunikasi yang Tepat dengan Suami saat Kawan Puan ingin Kembali Bekerja
Tak hanya itu, ada hal lain yang membuat seorang perempuan kesulitan untuk meraih mimpi, yaitu karena akses.
“Akses pendidikan dan pekerjaan masih sangat terpusat di kota besar, bahkan kota satu dengan yang lain aja bisa beda,” ungkapnya.
Nikita juga menambahkan jika masalah struktural dan sistematis juga sering ditemukan pada perempuan yang memilih meraih mimpinya daripada menikah.
Pada dasarnya perempuan yang memiliki keinginan untuk meraih mimpi akan menemukan jalan dan dihadapkan dengan stigma dari keluarga dan sosial.
Jadi tetap semangat ya Kawan Puan, untukmu yang tengah meraih mimpi!
(*)