Parapuan.co – Dalam menjalin pertemanan, tentu kita cenderung memilih teman yang memiliki kesamaan karakter.
Karena tentu saja itu akan membuat kita lebih mudah dimengerti dan merasa ‘sefrekuensi’ sehingga menganggap pertemanan akan terasa lebih asyik.
Tapi tahukah kamu, bahwa ternyata kita juga butuh loh teman yang berbeda karakter.
Seperti disampaikan oleh Tiara Puspita, psikolog Tiga Generasi, kepada PARAPUAN bahwa pertemanan berbeda karakter bisa memberikan keuntungan.
“Keuntungannya dari pertemanan berbeda karakter adalah kehidupan kita lebih berwarna dan juga bisa saling belajar dari kehidupan satu sama lain,” jelas perempuan yang juga akrab dipanggil Tita.
“Bisa lebih empati terhadap kehidupan orang lain, dan juga tidak hanya melihat permasalahan dari satu sudut pandang saja, tapi bisa lebih beragam,” tambahnya lagi.
Baca Juga: Tantangan Perempuan yang Meraih Mimpi saat Teman Sebaya Sudah pada Menikah
Berdasarkan pengalaman pribadinya, sahabat-sahabat terdekat Tiara memiliki karakter yang berbeda bahkan hampir bertolak belakang dengan dirinya.
Perbedaan ini tak sekadar karakter, tapi juga jalan dan pilihan hidup yang dilalui.
Tapi, menurut Tiara, ini justru membuat persahabatannya tumbuh menjadi lebih ‘berwarna’ seiring dengan berjalannya waktu.
Namun memang tak dapat dipungkiri, perbedaan di antara para sahabat bisa membuat terjadi pertengkaran atau perselisihan.
Maklum saja, tentu pasti dalam hubungan persahabatan itu akan menemui fase dimana kita tak sejalan dengan pemikiran teman-teman yang berbeda pandangan dan karakter.
Tiara mengingatkan bahwa persahabatan pasti tidak akan selalu berjalan ke arah yang sama, dan hal ini adalah hal yang wajar
“Pertengkaran juga bisa saja terjadi dan hal yang wajar, selama kita tidak menghakimi atau memaksakan pendapat kita, pertengkaran justru bisa jadi dapat mempererat hubungan tersebut,” ujarnya mengingatkan.
Lebih dari itu, dijelaskan Tiara, bahwa penting untuk kita memahami bahwa dalam setiap hubungan pertemanan pasti ada hal-hal yang tak sejalan sehingga ada perbedaan pilihan atau langkah yang diambil dalam hidup.
Dan, ketika perselisihan terjadi, disarankan sebagai sahabat kita pun perlu tetap saling menghormati dan tidak menghakimi perbedaan tersebut.
“Stay open-minded, tetap menerima perbedaan, saling mendukung tanpa bersikap judgmental jika tidak sejalan, dan juga tidak memaksakan kehendak atau prinsip yang kita anut kepada sahabat kita,” jelasnya.
Tak hanya akan membuat hidup menjadi lebih berwarna, pertemanan dengan perbedaan karakter juga berperan untuk mendorong kita meraih mimpi atau goal dalam hidup.
Baca Juga: Tantangan Perempuan yang Meraih Mimpi saat Teman Sebaya Sudah pada Menikah
Seperti temuan Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PARAPUAN pada April 2021 lalu, yang mengemukakan ada empat tipe karakter perempuan.
Yaitu tipe Pengembara yang mimpi berorientasi untuk pencapaian dan kesenangan diri sendiri serta mengedepankan perasaan.
Tipe Pengelola adalah yang mimpinya berorientasi untuk pencapaian dan kesenangan diri sendiri, serta mengedepankan logika sehingga cukup realistis menentukan prioritas.
Tipe Pengabdi memiliki mimpi yang berorientasi untuk membahagiakan orang lain dan cenderung mengedepankan perasaan.
Serta, tipe Pengampu yang mimpinya berorientasi untuk memenuhi ekspektasi orang lain dan cenderung mengedepankan logika.
Keempat tipe perempuan dengan perbedaan karakter ini bisa saling mendukung dalam meraih mimpi mereka.
Hal ini serupanya seperti yang disampaikan oleh Tiara, bahwa sahabat itu penting dalam memberikan support untuk mencapai hal yang ingin kita raih dalam hidup, seperti meningkatkan motivasi, self-confidence dan self-esteem.
Lebih dari itu, sahabat juga berperan penting untuk mengingatkan kita agar kita tidak membuat keputusan yang salah dalam hidup.
“Menurut saya, sahabat yang baik tidak hanya terus menerus menyetujui langkah yang kita ambil, tapi juga jika kita salah langkah, perlu untuk diingatkan dengan tetap respectful atas apapun keputusan yang akhirnya diambil,” ujar Tiara.
Untuk itu kita perlu memahami bentuk dan kualitas pertemanan yang kita miliki, dan apakah pertemanan tersebut memberikan dampak positif untuk diri kita.
Pertemanan dengan kualitas yang baik adalah yang tidak menghakimi, saling dukung dan available ketika dibutuhkan.
“Available di sini tidak berarti harus sering bertemu atau berinteraksi ya, karena pertemanan di usia 30-an biasanya tidak sama dengan pertemanan di masa remaja atau usia 20 awal yang membutuhkan banyak interaksi berkelanjutan,” tambah Tiara.
Ditambahkan olehnya bahwa persahabatan di usia dewasa biasanya sudah lebih stabil dan tidak membutuhkan banyak pertemuan karena kesibukan dan tanggung jawab masing-masing.
Namun, saling bertemu sesekali waktu menjadi hal yang penting dilakukan untuk bisa memahami kondisi dan situasi masing-masing.
Selain itu, pertemanan yang baik, jika terjadi pertengkaran, persahabatan tersebut dapat diperbaiki kembali dengan komunikasi yang terbuka.(*)