Parapuan.co - Ontario adalah sebuah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Kanada.
Provinsi tersebut menjadi salah satu yang terdampak pandemi, terutama perempuan dan anak-anak.
Sebuah survei pada bulan Maret lalu menemukan bahwa di Ontario, ibu yang bekerja mengalami kecemasan yang lebih tinggi daripada laki-laki dan perempuan tanpa anak.
Di samping itu, Prosperity Project, sebuah kegiatan non profit di Ontario menemukan bahwa kekhawatiran para ibu itu termasuk pada hal perawatan anak, sekolah online, dan keuangan.
Baca Juga: Stres hingga Kehilangan Pekerjaan, Ini Dampak Pandemi terhadap Karier Perempuan
Alhasil melansir dari The Star, provinsi di Kanada ini membuat gugus tugas bernama 'She-covery' untuk membantu perempuan pulih dari dampak pandemi.
Gugus tugas 'She-covery' itu dipimpin oleh Karin Schnarr yang merupakan profesor di Wilfrid Laurier University sekaligus direktur program sarjana bisnis.
Jane McKenna, menteri asosiasi masalah anak dan perempuan mengatakan bahwa di Ontario, perempuan dan anak perempuan masih menghadapi banyak hambatan.
Padahal, wilayah Ontario itu sudah termasuk provinsi yang menghargai inklusi dan kesempatan yang setara untuk perempuan maupun laki-laki.
"Perempuan tetap tidak terwakili di banyak sektor utama ekonomi. Terutama perempuan pribumi, imigran, dan perempuan dengan disabilitas. Mereka cenderung mengalami hambatan yang lebih besar," ujar Jane seperti dikutip dari The Star.
Jane pun menerangkan bahwa gugus tugas perempuan dan ekonomi yang telah dibentuk itu akan membantu mengatasi hambatan ekonomi yang dirasakan oleh perempuan.
Dimana hambatan ekonomi itu meningkat selama pandemi Covid-19.
Penyebab perempuan Ontario mengalami hambatan ekonomi lebih besar
Menteri keuangan Ontario, Peter Bethenfalvy mencatat bahwa pekerjaan di kalangan perempuan menurun lebih dari 5%.
Sementara pekerjaan di kalangan laki-laki menurun 3,1% selama pandemi.
Hal tersebut alhasil menempatkan perempuan pada posisi yang sulit dalam hal ekonomi.
Terlebih Peter mengatakan bahwa penurunan lebih dari 5% tersebut terjadi karena perempuan cenderung bekerja pada jenis pekerjaan yang paling terpengaruh oleh pembatasan aktivitas akibat Covid-19.
Perempuan yang sudah menjadi ibu pun cenderung memikul beban yang lebih besar dalam hal mengasuh anak dan keluarga. Sehingga sulit baginya untuk kembali bekerja.
Bahkan ada kemungkinan para perempuan di Ontario ini tidak bisa kembali bekerja karena memang lapangan kerja untuk mereka sudah tidak ada lagi akibat pandemi.
Baca Juga: Karena Pandemi Covid-19 Banyak Orang Mengalami Cave Syndrome, Apa Itu?
Padahal sebelum adanya pandemi pun, perempuan di Ontario pun sudah berisiko lebih tinggi mengalamai hambatan dalam hal finansial dan hambatan.
Maka, bisa dibayangkan bagaimana kondisi perempuan ini selama pandemi Covid-19 terjadi.
Upaya pemerintah Ontario dan gugus tugas 'She-covery'
Tidak mau perempuan Ontario merasakan beban lebih banyak akibat pandemi, pemerintah setempat telah membuat kebijakan yang bisa meringankan mereka.
Kebijakan tersebut adalah penyediaan 30.000 ruang penitipan tambahan untuk anak, dimana ibu bisa menitipkan anak selama mereka bekerja.
Di samping itu, pemerintah provinsi tersebut mempertimbangkan pilihan empat hari kerja dalam seminggu untuk membantu perempuan yang sudah memiliki anak menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan berkeluarga.
Lalu, adanya gugus tugas 'She-covery' pun akan membantu perempuan kembali bangkit setelah terdampak pandemi.
Karin Schnarr sebagai pemimpin gugus tugas menyatakan bahwa mereka akan melihat hambatan ekonomi yang dihadapi perempuan selama dan setelah pandemi nanti.
Dari hambatan ekonomi tersebut, gugus tugas membantu mencari solusi seperti misalnya mendukung perempuan saat mereka mulai kembali bekerja, mendukung usaha atau bisnis kecil para perempuan Ontario, serta menghilangkan hambatan bagi perempuan yang berada di bidang kerja yang masih belum mewakili perempuan.
"Semua itu dilakukan untuk memastikan bahwa perempuan juga dapat aktif terlibat dalam perekonomian Ontario," tutup Karin.
Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Banyak Orang Lebih Gila Kerja Selama Pandemi Covid-19, Apa Alasannya?
(*)