Perhatikan dan Tanyakan
Masih menyambung dari poin sebelumnya, setelah kita berhasil menjaga diri tetap tenang dan tidak emosi, maka selanjutnya coba perhatikan kritik atau cemoohan tersebut baik-baik.
Tujuannya untuk betul-betul memahami pesan yang disampaikan melalui kritik atau cemoohan itu dan menghindari kesalahpahaman.
Setelah kita betul-betul memahami kritik atau cemoohan tersebut, barulah kita mengajukan pertanyaan terkait kritik atau cemoohan itu.
Misalnya, kita dikritik atau dicemooh karena tidak berhasil lolos tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sehingga kita batal menjadi PNS seperti yang diekspektasikan keluarga.
Untuk menanggapinya, kita bisa menanyakan kenapa keluarga sangat mengekspektasikan diri kita untuk bekerja sebagai PNS, padahal masih ada pekerjaan lain yang bisa kita lakoni.
Dengan mengajukan pertanyaan seperti itu, kita bisa memahami ekspektasi dari keluarga dengan lebih mendalam, di samping kita juga jadi membela diri terhadap kritik atau cemoohan tersebut.
Baca Juga: 5 Dampak Buruk dari Penuhi Ekspektasi Orang, Sang Pengampu Wajib Tahu
Coba Pandang Kritik atau Cemoohan sebagai Bentuk Kepedulian
Kritik atau cemoohan bisa jadi merupakan tanda kepedulian orang dan lingkungan terhadap diri kita, Kawan Puan.
Hanya saja, orang dan lingkungan sekitar kita mungkin tidak tahu cara menunjukkan kepeduliannya dengan tepat sehingga malah ditunjukkan lewat kritik atau cemoohan.
Sebagai contoh, orang tua mengkritik diri kita karena tak kunjung bekerja setelah tamat kuliah, padahal mereka berekspektasi kita dapat mulai bekerja segera sesudah lulus.
Meski kritik tersebut dapat terasa menyakitkan sebab menyangkut status pengangguran pada diri kita lantaran belum bekerja, namun itu sebetulnya tanda orang tua khawatir terhadap kita.
Mereka khawatir kita akan lama menganggur sebab mereka peduli terhadap masa depan kita, dan itulah kenapa mereka mengkritik supaya kita lebih giat mencari kerja.