Sebanyak 39 orang mengakui pernah mendapatkan perilaku misogini di lingkungannya.
Bentuk perilaku yang paling banyak dialami respon ialah dipandang rendah.
Lalu diperlakukan secara kasar secara verbal, atau kalimat yang dilontarkan secara langsung.
Dan, 62 persen juga menerima perlakukan misogini dalam bentuk verbal di kehidupan sehari-hari.
Adapun Penghinaan yang didapat perempuan, seperti labelling (sampah, pelacur, status janda), kemampuan yang direndahkan karena berstatus ibu rumah tangga, body shamming, pelecehan seksual dari teman pria yang dilakukan lewat candaan atau cat calling, hingga penampilan yang kerap dijadikan alasan untuk membatasi aktivitas perempuan (make up, cara berpakaian, dan lain sebagainya).
Baca Juga: Hal yang Dapat Kamu Lakukan Saat mengalami Kekerasan Berbasis Gender Online
Namun demikian, tak hanya perempuan Indonesia saja yang juga mendapatkan perilaku misogini.
Di Amerika sendiri, yang merupakan negara maju, perempuan masih sering mendapatkan tindakan diskriminasi misogini.
Salah satu yang jadi masalah di Amerika adalah kesenjangan upah terhadap pekerja perempuan, kesulitan perempuan dalam menemukan perawatan medis yang memadai, dan hak prerogatif yang menghancurkan karier laki-laki.
Tak hanya itu, melansir Guardian, misogini juga sering terjadi di Turki. Bahkan perilaku misogini akhirnya berujung pada femicide- tindakan pembunuhan yang melibatkan korban perempuan.
WHO menyebut aksi femicide ini biasanya memang disengaja atau secara insting membunuh karena korban perempuan.