Parapuan.co – Istilah misogini belakangan makin sering terdengar di telinga. Namun, apakah Kawan Puan sudah paham apa itu misogini?
Bila melihat KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) definisi misogini digambarkan sebagai perilaku orang yang membenci perempuan.
Ya, misogini adalah istilah yang menggambarkan kebencian terhadap perempuan.
Baik dari perbuatan, dan perkataan yang membenci perempuan, masuk ke dalam perilaku misogini.
Namun, melansir New York Times, seiring berkembangnya waktu, misogini lebih popular dikenal dengan istilah seksisme dan chauvinism.
Baca Juga: Sering Dialami! Kenali Perilaku dan Dampak Seksisme untuk Perempuan
Misogini terhadap perempuan sering terjadi di mana saja, baik itu di rumah, tempat kerja, bahkan di birokrasi.
Apalagi kita yang masih hidup di budaya partiarki, perilaku misogini terhadap perempuan seakan sudah menjadi makanan sehari-hari.
Ini juga ditunjukkan dari hasil survey PARAPUAN berjudul Pengalaman Perempuan Menerima Ujaran Kebencian, Seksisme, dan Misogini Selama Pandemi Covid-19.
Survey yang diikuti oleh 397 koresponden perempuan di Indonesia ini membuktikan bahwa misogini masih sering dialami perempuan.
Sebanyak 39 orang mengakui pernah mendapatkan perilaku misogini di lingkungannya.
Bentuk perilaku yang paling banyak dialami respon ialah dipandang rendah.
Lalu diperlakukan secara kasar secara verbal, atau kalimat yang dilontarkan secara langsung.
Dan, 62 persen juga menerima perlakukan misogini dalam bentuk verbal di kehidupan sehari-hari.
Adapun Penghinaan yang didapat perempuan, seperti labelling (sampah, pelacur, status janda), kemampuan yang direndahkan karena berstatus ibu rumah tangga, body shamming, pelecehan seksual dari teman pria yang dilakukan lewat candaan atau cat calling, hingga penampilan yang kerap dijadikan alasan untuk membatasi aktivitas perempuan (make up, cara berpakaian, dan lain sebagainya).
Baca Juga: Hal yang Dapat Kamu Lakukan Saat mengalami Kekerasan Berbasis Gender Online
Namun demikian, tak hanya perempuan Indonesia saja yang juga mendapatkan perilaku misogini.
Di Amerika sendiri, yang merupakan negara maju, perempuan masih sering mendapatkan tindakan diskriminasi misogini.
Salah satu yang jadi masalah di Amerika adalah kesenjangan upah terhadap pekerja perempuan, kesulitan perempuan dalam menemukan perawatan medis yang memadai, dan hak prerogatif yang menghancurkan karier laki-laki.
Tak hanya itu, melansir Guardian, misogini juga sering terjadi di Turki. Bahkan perilaku misogini akhirnya berujung pada femicide- tindakan pembunuhan yang melibatkan korban perempuan.
WHO menyebut aksi femicide ini biasanya memang disengaja atau secara insting membunuh karena korban perempuan.
Yup! Misogini ini bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
Sayangnya, perilaku misogini yang membenci perempuan ini bukan baru, lho, Kawan Puan.
Melansir The New York Times, ternyata sejarah mencatat bahwa istilah misogini ini sudah dipratekkan sejak abad 17.
Ini ditemukan dalam pamphlet bertuliskan anti-perempuan yang ditulis oleh master Anggar Inggris, Joseph Swetnam.
Pada tahun 1615, Joseph sering menuliskan pamphlet yang menggambarkan kebencian dirinya terhadap perempuan.
Dia menuliskan bahwa alam membuat perempuan sebagai mahluk yang patah.
Baca Juga: Orang Tua Wajib Paham, Ini 4 Tips Ajarkan Anak Agar Tak Berlaku Rasis
Lalu, dari abad ke abad, misogini jarang digunakan, sampai popular kembali di tahun 1970an dalam bukunya seorang feminis, Andrea Dworkin.
Andrea Beragumen secara mendalam bahwa kebencian terhadap perempuan sudah mandarah daging di budaya.
“Sebagai perempuan, kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang menganggap kita hina. Kami dihina….Kami adalah korban kekerasan yang dilakukan secara terus menerus, korban kejahatan, “tulisnya.
Pemahaman tentang misogini ini menjadi topik pembicaraan di kalangan feminis, mereka sadar isu ini sudah terstruktur.
Masyarakat sudah dibentuk untuk mengikuti jalan misogini, meskipun bila anggota masyarakat sendiri tidak melihatnya sebagai orang yang membenci perempuan.
Sekarang, kata-kata yang digunakan jadi lebih kuat, kasar, dan tidak enak didengar.
Contohnya juga pernah dialami oleh petenis Amerika, Serena Williams.
"Bila kita menunjukkan emosi, kita dibilang drama. Bila kita mau bertanding dengan laki-laki, dibilang gila. Dan, bila kita memimpikan kesempatan yang imbang, dibilang delusi.
Baca Juga: Ontario Buat Gugus Tugas ‘She-covery’, Bantu Perempuan Pulih dari Pandemi
Ketika kita berdiri untuk sesuatu, kita tertekuk. Ketika kita terlalu baik, ada yang salah dengan diri kita. Dan jika kita marah, kita histeris, irasional atau hanya menjadi gila," ujarnya di dalam iklan Nike.
Semua aksi misogini akhirnya membuat kita jadi sadar bahwa perjuangan kita untuk mendapatkan perilaku yang baik dan jauh dari diskriminasi masihlah panjang.
Nah, Kawan Puan, perilaku misogini ini memang ada di mana-mana. Semoga dengan artikel ini, kamu bisa mengerti apa itu misogini sehingga bisa melawan dan membela dirimu, ya!(*)