Parapuan.co - Kawan Puan, sebagai seorang perempuan, kamu harus paham kalau merawat tubuh itu jangan bagian luar saja.
Sebab, bagian yang tak terlihat seperti vagina itu juga ikut berubah lo.
Oleh karena itu, kamu juga perlu merawat vagina sesuai dengan jenjang umurmu.
Misalnya saja pada perempuan kisaran 40 sampai 50-an.
Baca Juga: Apa Saja yang Perlu Diperhatikan saat Memakai Masker Dobel? Ini Penjelasan CDC
Di kisaran umur itu, Kawan Puan akan mengalami yang namanya menopause.
Dilansir dari Everyday Health, selama menopause, perempuan akan mengalami penurunan kadar estrogen dan perubahan fisik pada vagina seperti vulva maupun lubang vagina.
Perlu diketahui bahwa perubahan ini menyebabkan gejala seperti kekeringan dan infeksi saluran kemih.
Perubahan vagina ini disebut atrofi vagina atau sering dikenal sebagai sindrom genitourinaria menopause (GSM) yakni suatu kondisi yang memengaruhi lebih dari setengah vagina perempuan pascamenopause.
Untungnya perubahan tersebut dapat diobati.
Meski demikian, Kawan Puan juga harus tahu bahwa perubahan pada pascamenopause itu ada berbagai macam, yuk simak:
1. Seks terasa menyakitkan
Kawan Puan, sebelum menopause, vagina itu memiliki dinding tebal dan terdiri dari lipatan rugal.
Di mana selama menopause, banyak perempuan mengalami penipisan lapisan itu.
Alhasil saat terjadi penetrasi, bagi perempuan mungkin akan menyakitkan meskipun terangsang.
Selain terasa sakit saat berhubungan intim, beberapa perempuan mungkin juga merasakan iritasi atau rasa terbakar pada vagina.
"Jika kamu merasa kering pada vagina, tidak ada salahnya untuk mencoba menggunakan pelembab vagina dan melihat apa manfaatnya," kata Mary Jane Minkin, MD seorang profesor klinis kebidanan, ginekologi, dan ilmu reproduksi di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut.
Apabila tidak berhasil dan masih merasakan kekeringan, konsultasilah dengan dokter untuk mendapat saran terbaik.
Baca Juga: Ini Dia Perbedaan Vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm
2. Rasa terbakar saat buang air kecil
Ketika kadar estrogen menurun, jaringan-jaringan vagina pun mulai mengering.
Kondisi itu bisa menyebabkan bakteri jahat berkembang biak.
Untuk mengatasinya cobalah untuk minum lebih banyak cairan ketimbang biasanya, dan tak lupa untuk buang air kecil secara teratur.
Mary Jane juga merekomendasikan untuk minum suplemen cranberry, sebab kandungan di dalamnya mampu membatu mencegah bakteri menempel pada dinding kandung kemih.
3. Vulva jadi tampak berbeda
Kawan Puan, menopause itu perubahan tak terjadi pada vagina saja, tapi vulva pun juga tampilannya turut berbeda.
"Seiring waktu, beberapa wanita benar-benar kehilangan labia minora mereka," kata lLauren Streitcher, MD, pendiri dan direktur medis dari Northwestern Medicine Center for Menopause dan Northwestern Medicine Center for Sexual Health.
Pada kasus ini, coba temui dokter Kawan Puan ya, dan biarkan dievaluasi terlebih dahulu.
Baca Juga: Tips Membeli Masker Asli di Pasaran, Jangan Asal Pilih karena Murah
4. Mikrobioma vagina berubah
Kawan Puan, bukan hal yang aneh jika pH vagina itu berubah karena menopause ya.
Keasamaan vagina yang berubah mungkin tak menimbulkan gejala, tapi hal ini memengaruhi mikrobioma (bakteri) pada vagina.
Mikrobioma sepert bakteri baik yang berubah mampu meningkatkan risiko infeksi vagina.
Untuk mengatasi hal ini mungkin ada yang mengonsumsi obat estrogen, tapi sebaiknya bicarakan ke dokter ya, Kawan Puan.
5. Inkotinensia urin
Kawan Puan, jika suatu saat kamu sudah tidak bisa menahan air kencing dan berakhir dengan 'mengompol' hal ini merupakan salah satu kejadian pascamenopause.
Pasalnya, pascamenopause kekuatan dasar pinggung perempuan menjadi turun, alhasil, kamu tak mampu menahan air kencing.
Demi mengatasi hal ini, cobalah untuk mengikuti terapi fisik dasar panggul. (*)