"I think perempuan tuh sense of guilt-nya besar gitu karena ekspektasi dari society gitu, 'Ohh, lo harus jadi ibu, lo harus jadi ibu yang baik, gitu' kan mereka terjebak di this genders heteronormative roles (peran heteronormatif gender)," ucap Lucky.
Namun Lucky senang bahwa karakter Mia bisa menunjukkan bahwa meski ia ada rasa bersalah meninggalkan Ali bersamanya di Jakarta demi mengejar mimpinya di New York, ia tidak menyesali keputusannya itu.
Mia tidak menyesal dirinya pergi ke New York untuk mewujudkan mimpinya itu.
Di sini, Mia mengajarkan kita untuk menjadi perempuan yang berani bermimpi dan lebih berani lagi mewujudkannya.
"Walaupun Mia merasa ada guilt itu di dalam dirinya, tapi juga dia unapologetic gitu loh dengan choice yang dia pilih," ucap Lucky Kuswandi.
Gina pun menekankan bahwa karakter Mia tidak salah dalam hal meraih mimpi, meski di dalam film, Mia membuat kesalahan dengan lari dari konsekuensi.
"Dan di akhirnya ya, ini adalah bagian dari, 'Ya udah ini mimpi harus dihadapi'. Dan kesalahan dia adalah karena dia lari dari konsekuensi, kan. Tapi secara mimpi ya dia nggak pernah salah, gitu," tutup Gina S. Noer.
Baca Juga: Mengenal 4 Tipe Perempuan dalam Menggapai Mimpi Lewat Film 'Ali & Ratu Ratu Queens'
(*)