Dokter Bongkar 8 Mitos dan Teori Konspirasi Vaksin Covid-19, Ini Kebenarannya (Part 1)

Maharani Kusuma Daruwati - Kamis, 1 Juli 2021
Dokter ungkap kebenaran soal mitos terkait vaksin Covid-19
Dokter ungkap kebenaran soal mitos terkait vaksin Covid-19 K_E_N

Parapuan.co - Hingga saat ini pandemi Covid-19 nampak masih menghantui di berbagai negera, termasuk di Indonesia.

Salah satu cara untuk menghambat laju penularan Covid-19 ini adalah dengan melakukan vaksinasi.

Di beberarapa negara pun telah melakikan vaksinasi Covid-19.

Begitu juga dengan Indonesia yang juga sudah memulai vaksinasi Covid-19 sejak awal tahun 2021.

Namun, di tengah-tengah upaya percepatan vaksin Covid-19 justru banyak muncul kabar tak sedap yang beredar.

Baca Juga: Update Covid-19 Indonesia: Vaksinasi untuk Anak Mulai Dilaksanakan Hari Ini di Jakarta

Informasi yang salah dan kebohongan tentang vaksin Covid-19 telah menyebar ke media sosial.

Hal ini pun cukup meresahkan masyarakat, baik di Indonesia maupun di dunia.

“Inilah anggapan-anggapan yang dianut oleh banyak orang yang enggan dan ragu untuk mendapatkan vaksin Covid-19… [membuat banyak orang] tidak yakin dengan informasi yang mereka temui, terutama di media sosial dan bahkan dari percakapan dengan tetangga mereka, ” Dr William Schaffner, profesor kedokteran preventif dan penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, seperti dikutip dari HealthLine.

Nah, ini dia beberapa mitos dan teori konspirasi yang banyak beredar soal vaksin Covid-19.

Para dokter dan ahli medis pun meluruskan beberapa mitos paling umum yang beredar saat ini.

Mitos: Vaksin tidak berfungsi

Robert Amler, dekan Fakultas Ilmu dan Praktik Kesehatan New York Medical College dan mantan kepala petugas medis CDC, mengatakan banyak bukti menunjukkan bahwa vaksin telah menyebabkan pengurangan penyakit di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

“Melalui vaksinasi, cacar telah diberantas di seluruh dunia. Melalui vaksinasi, polio telah dieliminasi dari Belahan Bumi Barat, Eropa, dan Oseania, dengan hanya beberapa kantong yang tersisa di beberapa negara. Dan melalui vaksinasi massal, tingkat Covid-19 telah menurun secara dramatis pada kuartal kedua tahun 2021,” kata Amler.

Lebih dari 170 juta dosis vaksin Covid-19 telah diberikan.

“Kami tahu apa profil keamanannya, dan kami tahu saat kami menggunakan lebih banyak vaksin, kasus berkurang, rawat inap turun, dan begitu juga kematian, jadi itu bukti bahwa mereka benar-benar berhasil,” kata Schaffner.

Baca Juga: Ini Dia Perbedaan Vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm

Mitos: Vaksin Covid-19 menyebabkan varian baru Covid-19

Faktanya, virus Covid-19 itu sendiri, bukan vaksinnya, yang memproduksi variannya.

Schaffner menjelaskan bahwa virus pada manusia berkembang biak dan menciptakan virus baru yang menghasilkan variasi genetik.

Ketika ini terjadi, sebagian besar variasi tidak berbahaya tanpa efek, katanya.

“Tetapi pada kesempatan langka, kamu bisa mendapatkan satu mutasi atau serangkaian mutasi yang terjadi secara kebetulan yang akan menciptakan varian yang akan terus bereproduksi,” katanya.

Varian bisa menjadi lebih menular, seperti varian Covid-19 terbaru, delta, yang berasal dari India.

"Data menunjukkan itu mungkin menghasilkan penyakit yang lebih serius dan mulai menyebar di Inggris dan di Amerika Serikat," kata Schaffner.

Dia menekankan bahwa variannya berasal dari virus, bukan vaksin.

“Faktanya, vaksin kami saat ini melindungi terhadap varian tersebut dengan cukup efektif, sejauh ini. Varian akan menyebar di antara orang-orang yang tidak divaksinasi,” kata Schaffner.

Mitos: Vaksin Covid-19 membuat tidak subur

Selama beberapa dekade, risiko infertilitas telah digunakan sebagai cara untuk menakut-nakuti orang dari perawatan yang sah, kata Amler.

"Mitos ini salah dalam hal vaksin Covid-19 karena vaksin tidak mendekati DNA dalam sel," jelas Schaffner.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), vaksin mRNA ajari sel kita cara membuat protein yang memicu respons imun di dalam tubuh kita.

“Ini seperti membawa cetak biru ke tubuh untuk menciptakan perlindungan, dan vaksin itu sendiri sangat labil sehingga langsung hancur. Kami mengeluarkannya segera setelah pesan dikirim ke sel kami, sehingga tidak tertinggal di tubuhmu, ”kata Schaffner.

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengadakan kelompok ahli nasional tentang semua aspek reproduksi dan melihat vaksin Covid-19.

ACOG menyimpulkan bahwa vaksin harus ditawarkan dan aman bagi orang yang berpikir untuk hamil, ingin hamil, sedang hamil, atau sedang menyusui.

Baca Juga: Tak Perlu Takut Divaksin, Ini Dia Cara Mudah Mengatasi Efek Samping Vaksin Covid-19

Mitos: Pemerintah menempatkan microchip dalam vaksin Covid-19 untuk melacakmu

Teori konspirasi tentang pemerintah yang menggunakan vaksin untuk melacak orang dan orang kaya seperti Bill Gates berada di balik gagasan itu salah.

“Secara fisik, chip tidak cukup kecil sehingga bisa disuntik dengan jarum. Vaksin Covid-19 adalah kesehatan masyarakat sederhana yang kuno. Penyakit buruk; vaksin yang baik. Ayo dapatkan vaksinnya agar terhindar dari penyakit buruk tersebut. Tidak ada yang lebih rumit dari itu,” kata Schaffner. (*)

 

 



REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru