Indonesia menyumbang 20% dari jumlah ARMY di seluruh dunia. Banyaknya jumlah ARMY di Indonesia namun tidak menjamin penerimaan yang seutuhnya dari masyarakat Indonesia.
Tidak sedikit masyarakat yang merasa menjadi penggemar dan tergabung dalam komunitas ARMY merupakan hal yang sia-sia.
Hal tersebut membuat masyarakat masih merasa asing dan heran dengan aktifnya ARMY di Indonesia.
Baca Juga: Lawan Stigma Negatif Fandom K-Pop, BTS ARMY Help Center Kampanyekan Pentingnya Kesehatan Mental
Komunitas ARMY di Indonesia juga sering menerima ujaran kebencian dan pada akhirnya ujaran kebencian tersebut mengakar pada adanya bias gender.
Bias gender adalah suatu kondisi yang memihak dan merugikan salah satu jenis kelamin.
PARAPUAN berkesempatan untuk berbincang dengan Karlina Octaviany, seorang antropolog digital dan pendengar setia musik K-Pop, untuk membahas masalah ini.
ARMY dan fandom K-Pop lainnya di Indonesia mayoritas adalah perempuan.
Masyarakat Indonesia banyak yang melihat fenomena fandom K-Pop ini sebagai fanatisme buta dari perempuan.
"Masyarakat Indonesia melihat fandom ini sebagai bentuk fanatisme dari perempuan. Perempuan dianggap terobsesi dengan tampilan fisik dari boyband, lalu setiap tindakan langsung dihakimi, seakan perempuan tidak bisa memiliki kesenangan," ujar Karlina.