Selain Sebabkan Kelangkaan, Ternyata Ini Dampak Panic Buying Menurut Pakar

Arintha Widya - Kamis, 8 Juli 2021
Ilustrasi panic buying selama pandemi Covid-19
Ilustrasi panic buying selama pandemi Covid-19 TinyDoz

Parapuan.co - Fenomena panic buying belakangan ini terhadap pembelian susu beruang ternyata pernah pula terjadi di Amerika Serikat.

Tepatnya adalah di negara bagian North Carolina, di mana Mei 2021 lalu masyarakat di sana panik membeli bahan bakar minyak (BBM).

Panic buying BBM di North Carolina dan susu beruang di Indonesia mempunyai beberapa kesamaan.

Di antaranya adalah menyebabkan antrean panjang pembeli, meski sebagian boleh jadi tidak membutuhkan.

Akibat dari kepanikan pembelian tersebut, di negara bagian itu justru terdapat kelangkaan dan kekurangan bahan bakar.

Sontak, fenomena panic buying membuat seorang ekonom dari Winston-Salem State University, Zagros Madjd-Sadjadi buka suara.

Baca Juga: Ada Panic Buying, Ini 3 Penyebab Lonjakan Belanja di Tengah Pandemi

"Orang cenderung membeli secara berlebihan karena rumor, dan menjual terlalu banyak setelah melihat fakta," kata Zagros sebagaimana melansir spectrumlocalnews.com.

Menurutnya, ada banyak hal yang memengaruhi kepanikan pembelian suatu barang, semisal adanya rumor terkait pasokan yang terganggu.

"Ada banyak rumor tentang gangguan pasokan, dan tentu saja, ada fakta tentang gangguan pasokan juga. Tapi, masalahnya rumor mendahului fakta," imbuhnya.

Dalam hal panic buying susu beruang di Indonesia, rumornya ialah, bahwa produk tersebut diklaim dapat menghindarkan seseorang dari terinfeksi virus Covid-19.

Kelangkaan pasokan terjadi setelahnya, hingga kemudian harga susu beruang melonjak naik.

Zagros Madjd-Sadjadi menilai kepanikan pembelian merupakan reaksi wajar dari seseorang yang "ketakutan".

Bahwasanya, sebagian orang takut tidak bertahan di tengah pandemi seperti sekarang.

Sehingga, mereka melakukan apapun untuk bisa bertahan dengan mengubah perilaku, dalam hal ini membeli atau menimbun barang.

"Orang-orang takut akan ketidakpastian. Mereka khawatir akan bertahan atau tidak," imbuh sang profesor.

"Jika kamu mulai melihat temanmu melakukannya, kemungkinan besar kamu juga akan terlibat dalam perilaku seperti itu."

"Orang lain akan benar-benar melihatnya, bahkan meski tidak tahu alasannya, mereka mulai ikut-ikutan karena melihat antrean panjang dan harga mulai naik," imbuhnya lagi.

Ekonom Zagros Madjd-Sadjadi menyinggung pula soal masa di mana manusia menjadi pemburu dan penimbun.

Baca Juga: Heboh Susu Beruang, Ternyata Panic Buying Picu Strategi Penjualan Baru

Logikanya ketika persediaan makanan terbatas, mereka akan berburu dan pindah tempat untuk memastikan dirinya menemukan lebih banyak makanan.

Masalahnya, orang sekarang mengumpulkan bukan karena terbatasnya persediaan.

Dan terkadang, kepanikannya dalam membeli itulah yang malah membuat ketersediaan barang menjadi terbatas.

Jadi, sebaiknya kita menghindari panic buying karena bisa berdampak besar pada perekonomian, salah satunya kelangkaan dan meningkatnya harga tadi.

Bersikaplah bijak dalam membeli dan tidak menimbun apa-apa yang sebetulnya tidak kita butuhkan.

Catat baik-baik, ya, Kawan Puan. (*)



REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja