4. Lanskap Budaya Subak, Tabanan Bali
Lanskap budaya Subak yang ada di Bali masuk UNESCO pada 6 Juli 2012 lalu.
Melansir Kemendikbud, masuknya lanskap Budaya Subak ini membutuhkan waktu yang cukup lama lho, Kawan Puan.
Perlu menunggu 10 tahun untuk masuk Lanskap Budaya Subak, Bali semenjak diajukan ke UNESCO pada tahun 2002.
Kata Subak sendiri berasal dari Bahasa Bali, yakni mengacu suatu sistem dan kelembagaan sosial yang punya aturan dan ciri khasinya tersendiri untuk menanam padi.
Baca Juga: Bepergian Naik Pesawat? Ini Syarat dan Peraturan Terbaru yang Berlaku
Subak sendiri juga merupakan istilah untuk sistem irigasi masyarakat setempat.
Sistem subak ini ternyata telah diakui oleh pakar pertanian internasional sebagai pengelolaan irigasi yang unggul dan maju.
Sistem bertani Subak ini memiliki 5 hal pokok, yakni bendungan air (pengalapan), parit (jelinjing), serta sarana untuk memasukan air ke dalam bidang sawah garapan (cakangan).
Adanya subak ini merupakan manifestasi dari filosofi Tri Hita Karana. Filosofi ini diambil dari 3 kata yakni 'tri' yang berarti tiga, 'hita' yang berarti kebahagiaan atau kesejahteraan, serta 'karana' yang berarti penyebab.
Dalam menunaikan konsep ini, masyarakat Bali mengaplikasikannya dalam 3 hal, yakni parahyangan, pawongan, serta palemahan.
Baca Juga: Harus Bepergian ke Luar Kota Saat Pandemi? Lakukan 5 Tips Ini
Untuk parahyangan sendiri merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan tuhannya.
Sementara itu, pawongan mengatur hubungan antar sesama manusia.
Terakhir, palemahan mengatur hubungan antara manusia dengan alam dan lingkungannya.
Konsep Tri Hita Karana ini begitu dihayati oleh masyarakat Bali dalam kehidupan mereka.
Filosofi yang masih terus dijalankan inilah yang mengantarkan Lanskap Budaya Subak masuk ke dalam Warisan Budaya Dunia UNESCO.