Parapuan.co - Indonesia terkenal kaya akan keanekaragaman budaya, alam, serta sejarahnya.
Banyaknya keanekaragaman itu menjadikan Indonesia memiliki berbagai situs budaya yang harus dilestarikan.
Karena itu, tak sedikit situs peninggalan sejarah di Indonesia masuk ke dalam UNESCO.
Baca Juga: Sebagai Syarat Perjalanan, 3 Maskapai Ini Fasilitasi Vaksin Covid-19
Berdasarkan laman resmi UNESCO, terdapat 5 wilayah Indonesia yang masuk Warisan Budaya Dunia UNESCO.
Mulai dari candi hingga tambang batu bara, ini dia 5 situs di Indonesia yang masuk dalam Warisan Dunia UNESCO.
1. Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Candi yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah ini masuk ke dalam Warisan Budaya UNESCO pada 13 Desember 1991.
Melansir situs resminya, candi ini dibangun pada 780-840 Masehi oleh Dinasti Sailendra.
Dulunya, tempat ini dibangun sebagai pemujaan Budha dan tempat ziarah.
Tempat ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha.
Baca Juga: Kampung Lorong Buangkok, Desa Terakhir yang Bertahan di Singapura
Pada tahun 1841, pasukan Inggris menemukan candi ini dibawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles.
Area candi berhasil dibersihkan seluruhnya pada tahun 1835.
Terdapat 504 Buddha dengan sikap meditasi di Candi Borobudur.
Buddha ini memiliki enam posisi tangan yang berbeda-beda.
2. Kawasan Candi Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta
Sama dengan Candi Borobudur, Candi Prambanan juga masuk UNESCO pada waktu yang sama, yakni 13 Desember 1991.
Candi yang terletak di antara perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah ini merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia.
Hingga saat ini, belum ditemukan dengan jelas siapa dan kapan pembangunannya secara pasti.
Terdapat dugaan kuat bahwa candi ini dibangun pada abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu melansir situs yang sama.
Baca Juga: Kantor Imigrasi Hentikan Layanan Tatap Muka Selama PPKM Darurat
Dugaan ini hadir berdasarkan isi dari Prasasti Syiwarghra yang ditemukan di Candi Prambanan.
Kini, prasasti yang ditulis oleh Rakai Pikatan pada tahun 778 Saka atau tahun 856 M ini berada di Museum Nasional, Jakarta.
Berdasarkan denah aslinya, Candi terdiri dari tiga bagian, yakni Jaba, Tengahan, dan Njeron.
3. Situs Manusia Purba Sangiran, Solo, Jawa Tengah
Terletak di Kota Solo, Jawa Tengah, Situs Manusia Purba Sangiran ini merupakan salah satu tempat penting bagi evolusi manusia.
Situs ini masuk Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tanggal 7 Desember 1996.
Melansir laman Kemendikbud, situs yang juga dikenal sebagai The Sangiran Early Man Site ini menyumbang pengetahuan penting mengenai bukti-bukti evolusi fisik manusia, fauna, kebudayaan, serta lingkungannya sejak dua juta tahun lalu.
Sejak penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald, peneliti Belanda pada tahun 1934, Sangiran pun mulai dikenal.
Saat itu, Koeningswald menemukan alat-alat hasil budaya manusia purba yang terbuat dari batu.
Baca Juga: Kampung Lorong Buangkok, Desa Terakhir yang Bertahan di Singapura
Tak hanya sampai di situ, pada tahun 1936 ditemukanlah fosil manusia purba pertama di Situs Sangiran yang mendorong penemuan fosil-fosil selanjutnya.
Pelestarian Situs Sangiran terus dilakukan dengan berbagai cara.
Adapun cara-cara tersebut yakni kegiatan sarasehan, sosialisasi, dan pemberian imbalan bagi anggota masyarakat yang menemukan fosil dan menyerahkan fosil temuannya kepada Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
4. Lanskap Budaya Subak, Tabanan Bali
Lanskap budaya Subak yang ada di Bali masuk UNESCO pada 6 Juli 2012 lalu.
Melansir Kemendikbud, masuknya lanskap Budaya Subak ini membutuhkan waktu yang cukup lama lho, Kawan Puan.
Perlu menunggu 10 tahun untuk masuk Lanskap Budaya Subak, Bali semenjak diajukan ke UNESCO pada tahun 2002.
Kata Subak sendiri berasal dari Bahasa Bali, yakni mengacu suatu sistem dan kelembagaan sosial yang punya aturan dan ciri khasinya tersendiri untuk menanam padi.
Baca Juga: Bepergian Naik Pesawat? Ini Syarat dan Peraturan Terbaru yang Berlaku
Subak sendiri juga merupakan istilah untuk sistem irigasi masyarakat setempat.
Sistem subak ini ternyata telah diakui oleh pakar pertanian internasional sebagai pengelolaan irigasi yang unggul dan maju.
Sistem bertani Subak ini memiliki 5 hal pokok, yakni bendungan air (pengalapan), parit (jelinjing), serta sarana untuk memasukan air ke dalam bidang sawah garapan (cakangan).
Adanya subak ini merupakan manifestasi dari filosofi Tri Hita Karana. Filosofi ini diambil dari 3 kata yakni 'tri' yang berarti tiga, 'hita' yang berarti kebahagiaan atau kesejahteraan, serta 'karana' yang berarti penyebab.
Dalam menunaikan konsep ini, masyarakat Bali mengaplikasikannya dalam 3 hal, yakni parahyangan, pawongan, serta palemahan.
Baca Juga: Harus Bepergian ke Luar Kota Saat Pandemi? Lakukan 5 Tips Ini
Untuk parahyangan sendiri merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan tuhannya.
Sementara itu, pawongan mengatur hubungan antar sesama manusia.
Terakhir, palemahan mengatur hubungan antara manusia dengan alam dan lingkungannya.
Konsep Tri Hita Karana ini begitu dihayati oleh masyarakat Bali dalam kehidupan mereka.
Filosofi yang masih terus dijalankan inilah yang mengantarkan Lanskap Budaya Subak masuk ke dalam Warisan Budaya Dunia UNESCO.
5. Tambang Batubara Ombilin, Sawahlunto, Sumatra Barat
Paling baru di antara yang lainnya, Tambang Batubara Ombilin di Sawahlunto, Sumatra barat masuk ke dalam Warisan Budaya Dunia UNESCO pada 10 Juli 2019, tepatnya pada Sidang Komite Dunia yang ke-32.
Melansir Traveloka, Tambang Batubara Ombilin ini masuk ke dalam Warisan Budaya Dunia UNESCO.
Baca Juga: Ruang Bawah Tanah Colosseum Dibuka untuk Umum Pertama Kalinya
Hal pertama yakni mengenai nilai-nilai kemanusiaan antara manusia dan budaya.
Adapun hal lainnya adalah dari segi bangunan, arsitektur, serta kombinasi teknologi yang menggambarkan sejarah kemanusiaan.
Tambang Batubara Ombilin ini merupakan yang tertua di Asia Tenggara dan satu-satunya di Indonesia. (*)