Seperti yang banyak dari kita tahu, bahwa lingerie atau bikini yang kerap dipamerkan oleh Victoria’s Secret umumnya hanya diperuntukkan untuk perempuan-perempuan bertubuh ramping.
Ironisnya lagi, melansir dari Insider, Victoria’s Secret tak punya bra dengan ukuran di atas cup D.
Ini pun menjadikan VS dianggap tak lagi relevan dengan zaman yang menuntut keberagaman.
Hal ini diakui sendiri oleh Martin Waters, Chief Brand Executive Victoria Secret seperti mengutip The Sunday Times.
“Ketika dunia berubah, kami terlalu terlambat untuk merespon,” ujar Martin.
Di sisi lain, Victoria’s Secret juga terus merugi.
Baca Juga: Ingin Lebih Inklusif, Victoria's Secret Ganti Sejumlah Supermodel, Siapa Mereka?
Seperti melansir dari Northeastern News, mereka mengalami penurunan penjualan dan kehilangan pangsa pasarnya setidaknya selama tiga tahun terakhir, bahkan sebelum pandemi Covid-19 datang.
Pendapatan operasional VS di tahun 2019 hanya sebesar 1,231 milyar dollar AS, turun dari 1,437 milyar dollar AS pada tahun sebelumnya.
Hal ini dikarenakan penggunaan model-model The Angel yang dinilai hiperseksual dan kurangnya representatif ukuran plus size yang tak lagi relevan di era #MeToo.
Pada akhirnya VS tak jadi pilihan bagi banyak perempuan yang merasa tak terwakili oleh produk-produk yang dijualnya.
Tak heran jika kepopuleran brand lingerie asal Amerika Serikat ini juga mulai tergerserkan dengan kehadiran Savage x Fenty milik Rihanna yang mengusung konsep model yang lebih inklusif.
Savage X Fenty hadir dengan produk-produk yang lebih variatif untuk berbagai bentuk tubuh dan ukuran.