Akrilik
Beberapa penggunaan paling umum untuk serat kain jenis akrilik adalah pada pakaian sweater, topi, hingga sarung tangan.
Produksi akrilik melibatkan bahan kimia seperti akrilonitril yang sangat beracun.
Bahan beracun ini pun dapat masuk ke tubuh pemakainya melalui kontak kulit atau inhalasi.
Selain itu, akrilik tidak mudah didaur ulang dan dapat berada di tempat pembuangan sampah hingga 200 tahun sebelum terurai, mirip seperti serat sintetis lainnya, polyester.
Baca Juga: Pentingnya Pemberdayaan Petani Ulat Sutra Eri untuk Penuhi Kebutuhan Industri Mode Berkelanjutan
Rayon
Serat kain jenis ini, yang juga dinamai viscose, sebenarnya terbuat dari bubur kayu.
Walau kayu terlihat tidak berbahaya ataupun beracun, namun proses pembukaan hutan besar untuk mendapatkan material kayu rayon memiliki efek buruk pada lingkungan.
Saat ini, melansir dari BBC Earth, lebih dari 150 juta pohon ditebang untuk dijadikan pakaian dan jumlah pohon tang ditebang untuk serat kain jenis ini meningkat di hutan Indonesia, Kanada dan Amazon.
Lebih dari itu, rayon juga biasanya disebut serat semi-sintetis karena bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatannya, seperti natrium hidroksida dan karbon disulfida.
Itu dia empat serat sintetis yang banyak kita temui pada pakaian-pakaian yang kita kenakan sehari-hari, yang tak kita sadari ternyata berdampak buruk bagi lingkungan.
Untuk itu penting bagi kita lebih bijak dan waspada dalam memilih pakaian yang akan dibeli atau dikenakan, sebagai kontribusi kecil menyelamatkan lingkungan.
Karena kalau tidak dimulai dari kita dan sekarang, siapa dan kapan lagi. (*)