Dila dan Rayi pun mengaku sudah membiasakan putra mereka, Budi Abdulkadir Putra, untuk memilah sampah sejak kecil.
"Budi karena sejak kecil di rumah sudah melihat pemilahan sampah, jadi itu bukan hal aneh lagi baginya. Kami juga memberikan contoh kalau misal habis makan pisang buangnya ke sini. Botol habis minum dicuci dulu dimasukkan ke bagian ini," terang Rayi.
Pada akhirnya, pembiasaan yang dilakukan Dila Hadju dan Rayi pun membuat Budi terbiasa untuk memisahkan sampah di rumah.
Di samping itu, Janna Soekasah Joesoef yang sehari-hari bergerak di industri fashion pun menyadari pentingnya menerapkan kehidupan ramah lingkungan.
Ia juga menyadari penuh bahwa limbah fashion adalah penyumbang terbesar sampah di dunia.
Alhasil, dia punya cara sendiri menyiasati limbah fashion tersebut agar tidak terlalu mencemari lingkungan.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Produk Makeup Merek Lokal dengan Label Cruelty Free
"Sebagai pelaku industri, berangkat dari kesadaran akan dampak lingkungan yang disebabkan industri fashion, kami berinovasi salah satunya dengan memanfaatkan sisa kain sebagai bahan baku produksi," ujar Janna.
"Dengan demikian, kami harap dapat berkontribusi pada penghematan sumber daya alam dan mengurangi limbah industri," ungkap Janna lebih lanjut.
Janna pun punya kebiasaan untuk membeli dan menggunakan barang fashion yang awet serta tahan lama agar bisa diturunkan ke anak cucu.
Ia bersyukur karena fashion itu trennya selalu berputar sehingga tren lama bisa kembali ramai lagi sehingga dia bisa memberikan pakaiannya kepada putrinya, tanpa harus ketinggalan fashion terkini.