Kampanye 'Beli Yang Baik', Cara Mendukung Gaya Hidup Berkelanjutan

Rizka Rachmania - Senin, 19 Juli 2021
Ilustrasi produk ramah lingkungan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilustrasi produk ramah lingkungan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. jchizhe

Parapuan.co - Sejumlah selebriti penggiat lingkungan bersama-sama menunjukkan dukungannya untuk kampanye 'Beli Yang Baik' dalam sebuah talk show virtual Hidup Sederhana dan Sadar Penuh dengan #BeliYangBaik, Minggu (18/7/2021).

Talk show tersebut merupakan acara yang diselenggarakan oleh WWF Indonesia melalui kolaborasi dengan Ashta District 8 dalam ajang Simple Life 1.0.

Di kesempatan bincang-bincang santai tersebut, para selebriti yang turut hadir berbagi pandangan dan pengalaman mereka dalam menerapkan gaya konsumsi yang bertanggung jawab dan penuh kesadaran terhadap lingkungan dan kehidupan sekitar.

Salah satunya adalah Nugie. Musisi laki-laki itu sudah lama menjadi penggiat yang menyuarakan gaya hidup ramah lingkungan.

Nugie mengatakan bahwa dalam mendukung gaya hidup ramah lingkungan, dirinya memulai hal tersebut dari diri sendiri, serta berusaha menjadi contoh bagi orang lain.

Baca Juga: Bijak Pilih Pakaian, Ini 4 Serat Sintetis yang Tidak Ramah Lingkungan

"Saya memulai dengan hal-hal yang sederhana, seperti membawa tumbler dan kantong belanja. Namun saya lakukan dengan konsisten khususnya di depan istri dan anak-anak agar mereka dapat mencontoh dan membangung kebiasaan yang sama juga," ujar Nugie.

Senada dengan Nugie, pasangan selebriti Dila Hadju dan Rayi 'RAN' pun memulai gaya hidup ramah lingkungan dari lingkup terkecil yakni keluarga.

Pasangan tersebut melakukan gaya hidup ramah lingkungan dimulai dari cara paling sederhana yakni memilah sampah.

Di rumahnya, Dila Hadju dan Rayi memisahkan sampah rumah tangga mereka menjadi beberapa bagian.

"Kami memulai dari diri sendiri dulu, yakni memilah sampah menjadi daur ulang, anorganik, residu, organik, dan B3," ujar Dila.

Dila dan Rayi pun mengaku sudah membiasakan putra mereka, Budi Abdulkadir Putra, untuk memilah sampah sejak kecil.

"Budi karena sejak kecil di rumah sudah melihat pemilahan sampah, jadi itu bukan hal aneh lagi baginya. Kami juga memberikan contoh kalau misal habis makan pisang buangnya ke sini. Botol habis minum dicuci dulu dimasukkan ke bagian ini," terang Rayi.

Pada akhirnya, pembiasaan yang dilakukan Dila Hadju dan Rayi pun membuat Budi terbiasa untuk memisahkan sampah di rumah.

Di samping itu, Janna Soekasah Joesoef yang sehari-hari bergerak di industri fashion pun menyadari pentingnya menerapkan kehidupan ramah lingkungan.

Ia juga menyadari penuh bahwa limbah fashion adalah penyumbang terbesar sampah di dunia.

Alhasil, dia punya cara sendiri menyiasati limbah fashion tersebut agar tidak terlalu mencemari lingkungan.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Produk Makeup Merek Lokal dengan Label Cruelty Free

"Sebagai pelaku industri, berangkat dari kesadaran akan dampak lingkungan yang disebabkan industri fashion, kami berinovasi salah satunya dengan memanfaatkan sisa kain sebagai bahan baku produksi," ujar Janna.

"Dengan demikian, kami harap dapat berkontribusi pada penghematan sumber daya alam dan mengurangi limbah industri," ungkap Janna lebih lanjut.

Janna pun punya kebiasaan untuk membeli dan menggunakan barang fashion yang awet serta tahan lama agar bisa diturunkan ke anak cucu.

Ia bersyukur karena fashion itu trennya selalu berputar sehingga tren lama bisa kembali ramai lagi sehingga dia bisa memberikan pakaiannya kepada putrinya, tanpa harus ketinggalan fashion terkini.

Dalam talk show tersebut, dirilis pula video kampanye "'Beli Yang Baik' Game Show" untuk mengedukasi konsumen dalam mengenali kandungan minyak kelapa sawit di dalam produk konsumsi sehari-hari.

Video tersebut menunjukkan para selebriti berkompetisi mencari produk-produk ramah lingkungan dan produk berekolabel di sebuah supermarket.

Dalam kompetisi tersebut, salah satu tantangannya adalah selebriti diminta untuk mencari produk hasil olahan kelapa sawit, namun yang sudah menunjukkan ekolabel.

Tapi ternyata, masih sedikit produk olahan kelapa sawit yang mencantumkan ekolabel.

Ekolabel dalam produk olahan kelapa sawit ini penting sebab tidak dimungkiri bahwa industri minyak sawit memiliki dampak lingkungan signifikan.

Sedangkan, ada banyak sekali produk hasil olahan kelapa sawit contohnya saja minyak goreng, mi instan, yoghurt, es krim, margarin, hingga puding cepat saji.

Namun memang namanya tidak tertulis kelapa sawit, melainkan emulsifier, palmiatic acid, atau stearic acid.

Alhasil, para selebriti ini pun membutuhkan ekolabel yang dapat menunjukkan produk mana saja dengan kandungan kelapa sawit yang pengelolaannya mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Baca Juga: Simbol di Label Pakaian Bermakna Petunjuk Perawatan, Ini Artinya

Makanya, peluncuran video kampanye "'Beli Yang Baik' Game Show" pun bertujuan untuk membantu konsumen mengenali produk ramah lingkungan, salah satunya produk berekolabel seperti RSPO dan ISPO yang merupakan ekolabel untuk minyak kelapa sawit berkelanjutan.

Ekolabel menjadi salah satu solusi efektif untuk mencapai tujuan memastikan keberlangsungan industri sawit tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan hidup masyarakat.

"Saat ini sudah ada beberapa produsen di Indonesia yang berinisiatif untuk menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam proses produksinya. Namun seringkali tidak diketahui bagi konsumen untuk memilih produk berkelanjutan," ucap Natalia Soebagjo, Anggota Badan Pengawas Yayasan WWF Indonesia.

"Dalam upaya mendorong penggunaan sumber kelapa sawit yang berkelanjutan, konsumen memiliki peran yang cukup besar dan bisa memulainya dengan menyuarakan #BeriKamiPilihan, yaitu meminta produsen atau penjual memberikan pilihan produk yang ramah lingkungan, ditandai dengan pencantuman ekolabel pada produk," tegas Natalia. (*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru