Sesampainya di Belanda, ia menghabiskan 6 bulan pertamanya untuk berlatih di tempat penampungan pengungsi.
Menurut Sanda Aldass, latihan dengan keras membuatnya mampu menjaga kesehatan mental lo, Kawan Puan!
“Terus berlari dan berlatih bantu aku menjalani hari dan menjadi salah satu caraku menjaga kesehatan mental,” ucapnya ketika diwawancara tim Olimpiade Tokyo 2020.
Beberapa waktu kemudian, suami dan anaknya menyusul ke Belanda, sampai akhirnya mereka bisa mendapatkan tempat tinggal di Almere, 30 menit dari Kota Amsterdam.
Baca Juga: Kabar Bahagia! Atlet Perempuan Kini Boleh Bawa Anak ke Olimpiade Tokyo 2020
Di sana, keluarga kecil Sanda Aldass tumbuh, bahkan ia juga dikaruniai dua orang anak.
Menjadi ibu 3 anak tak lantas membuat Sanda Aldass menyerah, apalagi sejak lama ia bermimpi untuk bisa menjadi salah satu atlet yang bertanding di Olimpiade.
Beruntungnya, Sanda Aldass berhasil mendapatkan IOC Refugee Athlete Scholarship, sehingga ia bisa kembali melanjutkan latihannya demi terpilih menjadi atlet Olimpiade.
Hasil kerja kerasnya selama ini tak sia-sia ketika akhirnya ia terpilih menjadi salah satu di antara enam judoka untuk mewakili IOC Refugee Olympic Atheles Team di Olimpiade Tokyo 2020.
IOC Refugee Olympic Atheles Team sendiri merupakan tim atlet pengungsi yang dibentuk dengan tujuan untuk memberi harapan dan insklusif ke jutaan pengungsi dari seluruh dunia.
“Ini adalah mimpi yang menjadi nyata!” tegasnya.