"Kita enggak bisa memungkiri bahwa saat ini produksi buku yang dicetak itu menurun ketimbang era sebelumnya," ujar Riawani.
"Banyak penerbit bangkrut, toko buku tutup, apa lagi sejak pandemi. Sehingga untuk masa ini penerbit pasti akan selektif untuk menerbitkan buku untuk dicetak," tambahnya.
Oleh karenanya, peluang penulis menerbitkan bukunya di penerbitan pun akan lebih kecil.
Kecuali, penulis buku menerbitkan bukunya sendiri atau melakukan self publishing yang tentu akan menelan banyak biaya.
Baca Juga: Feminis dan Penulis Asal Mesir, Nawal El Sadawi, Meninggal Dunia
2. Perkembangan teknologi
Alasan kedua ialah perkembangan teknologi yang semakin pesat di masa pandemi.
Sama seperti dunia bisnis pada umumnya yang beralih ke dunia digital, penulis buku rasanya perlu mempublikasikan karyanya di platform digital.
Seperti yang dikatakan Riawani Elyta, pengguna dan pembaca media digital terus meningkat di masa seperti sekarang.
"Seiring dengan perkembangan teknologi, kita dapat melihat bahwa platform-platform buku digital itu saat ini tumbuh dengan pesat," terang Riawani.
"Baik itu platform dalam maupun luar negeri mengalami pertumbuhan yang pesat, sehingga jumlah pembacanya terus meningkat," ungkapnya lagi.
Ia juga berkata, "Sebenarnya ini peluang untuk para penulis, karena media sudah tersedia."
Riawani menambahkan pula, bahwa menulis buku digital lebih mudah karena tulisan lebih cepat terpublikasi dan sampai ke pembaca.
Jadi jika Kawan Puan seorang penulis, tidak ada salahnya mulai menerbitkan karyamu di ranah digital, ya! (*)